Bab 257
"Mas, tahun ini kita mudik ke rumah ibuku ya."
"Nggak! Kita mudik tempat ibuku!" tolak Bang Arman.
"Lho, kita tiap tahun selalu mudik tempat ibumu. Masa sekali pun kita nggak pernah mudik ke rumah ibuku."
"Turuti saja perintah suami. Jangan bantah!" Bang Arman membanting sendok ke atas piringnya.
"Lho, Bang, kamu mau ke mana? Makan malamnya kok nggak dihabiskan sih?"
"Mending aku pergi. Bikin selera makan hilang saja kamu!"
Aku hanya bisa menatap diam punggung Bang Arman yang menghilang di balik pintu, yang juga ditutup dengan dibanting.
Sambil menghela napas, kuelus dada yang terasa perih. Seakan ada duri tajam yang menghujam di sana.
Selama lima tahun menikah, tak sekali pun Bang Arman bersedia diajak mudik ke kampung Bapak dan Ibu. Sekali dua kali, aku masih bisa paham. Tapi, ini sudah menginjak tahun keenam, Bang Arman tetap saja menolak.
***H_M***