Kayak dengar suara Ibu. Ah, biarinlah. Masih ngantuk juga.
"Mae!"
Aku terperanjat bangun sembari menatap ke sekeliling masih dengan sedikit linglung. Kukucek mata dan mendapati Ibu sudah berdiri di depanku sambil berkacak pinggang.
"Apa, sih, Bu? Pagi-pagi udah teriak aja." Aku menggaruk kepala dengan mata terpejam lagi dan bibir manyun dua senti.
"Masih pagi? Ini udah jam tujuh, Mae. Cepetan bangun! Mandi!" geram Ibu. Meski pelan, tapi penuh penekanan di setiap katanya.
"Nanti, ah, Bu. Masih ngantuk." Aku kembali membaringkan tubuh.
"Gusti, kamu malu-maluin ibu sama Bapak aja, Mae. Ingat! Kamu itu udah nikah. Cepat bangun dan siapin makanan buat suami kamu. Itu dia lagi sibuk sendiri di dapur."
"Hm."
"Ham, hem, ham, hem. Bangun, enggak? Atau ibu siram, nih."
"Ibu, ih ...." Aku kembali ke posisi duduk dengan bahu merosot malas. "Aku 'kan enggak bisa masak."