Amanda membuka pintu utama rumah itu, wajah cerianya terpancar seperti biasanya. Walau kepalanya masih sedikit pusing, tapi sudah jauh lebih baik. Dia menyerahkan bunga yang dibawanya pada pembantu rumah. Biasanya pembantu akan meletakkannya dalam vas dan dibawa ke kamar ibu mertuanya.
"Wanita jalang murahan." Itu suara lelaki yang tak lain adalah ayah mertuanya.
Hati Amanda bergetar hebat. Dia tak tahu apa yang terjadi dan tiba-tiba teriakan itu sampai di telinganya.
"Ayah," lirihnya melihat sang ayah mertua berjalan menuruni tangga ke arahnya.
Matanya masih tak lepas dari seorang pria yang mengeluarkan kata kasarnya pada sang menantu.
"Siapa kau? Berani sekali kau membuat kebohongan besar di keluargaku? Siapa kau berani seperti itu?" tanya Tuan Rezer membentak Amanda.
"Ayah, apa maksud Ayah?" tanya Amanda melirih.