Amanda tak memberi reaksi apa pun. Dia hanya berdiri dan fokus pada pengering rambut yang dia gunakan untuk mengeringkan rambut basahnya. Nada bicara Fabio tadi memang membuat hatinya terusik. Hanya saja dia tak ingin membuat Fabio merasa serba salah. Dia harus menjaga agar pikiran suaminya itu tetap tenang.
"Aku tahu kau pasti bertanya-tanya, hanya saja aku tak boleh terlalu memforsir ingatanmu. Aku ingin kau mengingat semuanya dengan baik dan tanpa paksaan." Amanda bergumam dalam hatinya.
"Permisi, pesan antar!" teriak seorang kurir dari ambang pintu kamar Fabio.
Amanda bergegas meletakan pengering rambut dan sisirnya. Walau baru separuh yang di keringkan, Amanda tak peduli.
"Ini tanda terimanya," ujar kurir itu.
"Terima kasih," balas Amanda.
Setelah selesai mengambil boks makanan yang dia pesan Amanda kembali pada pengering rambut yang dia letakkan tadi.
"Maafkan aku, seharusnya aku bisa gantian membuka pintu untukmu," ujar Fabio.