Chereads / Keberuntungan Sistem / Chapter 38 - Xiao Li dan Ning Luo

Chapter 38 - Xiao Li dan Ning Luo

"Saudari Ning?" Ucap pangeran mahkota. Melihat Nona Xiao Ning berada di kekaisaran Yu Guo, kini kemarahan pangeran mahkota memuncak.

"Tetua Ye! Kurang ajar, atas dasar apa kamu membiarkan Saudari Ning masuk ke dalam? Aku perintahkan cepat kamu bawa saudari Ning ke Akademi Bei Feng sekarang juga sebelum semuanya terlambat." Seru pangeran mahkota.

"Sebenarnya ada apa ini? Sepertinya ada konflik yang tidak terselesaikan!" Gumam Shi Xiong.

Pemberitahuan sistem!

Misi Baru di dapatkan!

Selamatkan Nona Xiao Ning dari kematian, Membantunya sampai ke Akademi Bei Feng!

Hadiah : 2000 poin keberuntungan.

Jika gagal : Mendapatkan hukuman mati. Sistem akan meledak bersama dengan tubuh tuan!

"Gila! Ada hukuman separah itu yah? Jika seperti ini, mau tidak mau saya harus berhasil bagaimana pun juga!" Pikir Shi Xiong.

Sementara itu, Tetua Ye kemudian mengingat saudara seperjuangannya sepuluh tahun yang lalu...

Xiao Li... Adalah ayah kandung Nona Xiao Ning. Xiao Li dulunya adalah seorang pendekar dari keluarga Xiao. Karena suatu perjalanan, Xiao Li kebetulan bertemu dengan Ning Luo yang adalah ibu kandung Nona Xiao Ning. Saat itu, Ning Luo dan Xiao Li menjadi sepasang kekasih setelah menjalani waktu yang lama bersama. Setelah beberapa tahun, kini Xiao Li memberanikan diri dan meminang Ning Luo sang kekasih.

Saat upacara pernikahan di keluarga Xiao, Ning Luo tak membawa keluarganya. Ia mengatakan bahwa ia hidup sebatang kara, sehingga keduanya lalu menikah dan resmi menjadi sepasang suami istri. Malam pertama setelah pernikahan membuat mereka berdua akan mempunyai seorang anak. Hanya saja, baik Xiao Li maupun Ning Luo tak mengetahui kalau mereka akan segera menjadi orang tua.

Suatu hari, Ning Luo mendapatkan surat entah dari siapa yang di bawakan oleh seekor merpati biru langit. Setelah membaca suratnya, kini Ning Luo pergi entah kemana. Xiao Li merasa sangat kesepian dan sangat sedih setelah mengetahui sang istri tercinta telah menghilang.

Setelah berminggu-minggu mencari, Xiao Li memutuskan mengembara ke berbagai tempat untuk mencari sang istri. Pengalaman hidup mati membuatnya semakin kuat. Suatu hari, Xiao Li bertemu dengan Tetua Ye yang kala itu tengah sekarat setelah melawan sesuatu yang cukup merepotkan. Meski berujung kemenangan, namun Tetua Ye benar-benar sekarat.

Tetua Ye bahkan mengira kalau ia akan mati. Namun nasib beruntung masih menyertai Tetua Ye saat itu. Seketika, Xiao Li datang membantu tepat waktu. Melihat luka Tetua Ye yang memprihatinkan, Xiao Li akhirnya memutuskan untuk menolongnya. Karena ilmu medis Xiao Li cukup baik, ia berhasil menolong Tetua Ye dengan tanaman herbal yang ia kumpulkan dan diracik menjadi sebuah pil.

Setelah sadar, Tetua Ye hanya melihat Xiao Li yang saat itu sedang mengoleskan salep berwarna hijau kepadanya. Tetua Ye langsung mengerti, bahwa Xiao Li lah yang menolongnya.

"Terimakasih atas bantuannya! Kalau boleh tahu, siapakah nama tuan?" Tanya Tetua Li.

"Nama saya adalah Xiao Li. Lantas siapakah nama anda?" Tanya balik Xiao Li.

"Panggil saja Ye! Sekali lagi terimakasih telah menolong ku. Kali ini aku berhutang Budi kepadamu." Seru Tetua Ye.

"Semenjak saya memilih jalan beladiri, sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong dan membela kebenaran. Membantu yang membutuhkan sudah menjadi kewajiban kami para pendekar klan Xiao." Jawab Xiao Li dengan tulus.

"Pemikiran klan Xiao layak ditiru! Akan tetapi, aku bukanlah orang yang tidak tahu diri. Suatu hari nanti, jika kamu membutuhkan bantuan, aku akan dengan senang hati menolong mu!" Ucap Tetua Ye percaya diri.

"Terimakasih, suatu hari nanti. Aku pasti akan datang meminta bantuan mu!" Ucap Xiao Li dengan senyum tulus di wajahnya. Setelah tiga hari dirawat, Tetua Ye akhirnya bisa bangun. Saat itu tepat tengah malam di bawah sinar bulan.

Tetua Ye melihat Xiao Li duduk seorang diri sambil bergumam, "Ning Luo, kemanakah kamu pergi? Aku sangat merindukanmu!"

Tetua Ye kemudian memegang bahu Xiao Li kemudian duduk di sampingnya sambil memandang sinar bulan.

"Xiao Li... aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang. Tapi sebaiknya kamu lupakan saja, agar jiwanya tenang di alam sana!" Seru Tetua Ye.

"Tidak! Istriku belum mati. Waktu itu dia pergi setelah meninggalkan sebuah surat. Ia berkata akan pergi dan menyuruh ku untuk melupakannya. Ia tak punya keluarga, ia hidup sebatang kara sebelum saya menikah dengannya. Aku khawatir terjadi sesuatu pada istriku! Ia juga mengatakan alasannya, setidaknya saya butuh alasan!" Ucap Xiao Li seketika menangis karena sedih.

"Maaf, siapakah nama istrimu?" Tanya Tetua Ye seketika menenangkan

"Ning Luo! Apakah anda mengenalnya?" Tanya Xiao Li.

"Apa mungkin orang yang di maksud adalah orang yang sama? Tidak mungkin, Xiao Li mengatakan kalau istrinya hidup sebatang kara. Sedangkan calon istri kaisar mempunyai keluarga besar. Mereka pasti adalah dua orang yang berbeda." Pikir Tetua Ye.

"Bagaimana, apakah kamu mengenalnya?" Tanya Xiao Li bersemangat.

"Maaf tapi aku tidak mengenalnya." Jawab Tetua Ye singkat.

Mereka berdua lalu mengobrol sampai pagi. Saat pagi hari, Xiao Li dan Tetua Ye kemudian berpisah di jalan.

Setelah dua tahun, Xiao Li sempat lewat di sekitar batas wilayah kekaisaran Yu Guo. Secara kebetulan, Xiao Li bertemu dengan Tetua Ye. Xiao Li kemudian di ajak masuk kedalam istana kekaisaran.

Sesampainya di dalam, Xiao Li sempat minum-minum. Melihat Xiao Li masih mencari keberadaan istrinya, Tetua Ye terdorong untuk membantunya. Karena mempunyai nama yang sama, Tetua Ye mencoba untuk mempertemukan Xiao Li dan istri kaisar, Ning Luo.

Saat melihat Ning Luo, Shi Xiong seketika berlari dan memeluk Ning Luo tepat di depan kaisar. Hal itu dilakukannya karena rindu yang tak tertahankan ditambah kondisinya yang sedang mabuk setelah minum. Tetua Ye dibuat terkejut saat mengetahui istri yang dinikahi oleh kaisar ternyata adalah istri Xiao Li. Kini Tetua Ye sedikit dilema. Jika ia membela Xiao Li, maka ia akan di cap sebagai penghianat.

Mengingat janjinya, Tetua Ye memutuskan untuk membela Xiao Li sebisa mungkin.

"Kurang ajar, beraninya kau memeluk istriku." Seru sang kaisar marah.

"Istri? dia adalah istriku. Ning Luo adalah istriku. Sejak kapan ia menjadi istrimu?" Tanya Xiao Li.

"Ning Luo ayo katakan padanya, katakan pada semua orang kalau kau adalah istriku!" Ucap Xiao Li.

Ning Luo tentu tak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu membuatnya diam seperti patung. Tak lama setelahnya, Nona Ning Yu memanggil ibunya.

Xiao Li langsung bergegas memeluk gadis kecil berusia tiga tahun seraya berkata, "Ning Luo, inikah putri kita?"

Sekali lagi Ning Luo hanya diam seribu bahasa. Kini amarah sang kaisar meningkat. Ia juga mulai meragukan kalau Ning Yu adalah putrinya. Sang kaisar lalu memukul Xiao Li sampai terpental lalu memegang kerah baju Ning Luo dan berkata, "Katakan sekali saja, apakah Ning Yu putri kita?"

Ning Yu seakan tak bisa menjawab dan kembali mematung.

"Kebungkaman mu, telah membuktikan bahwa Ning Yu bukan putri kita. Atas dasar apa kau membohongi ku? Prajurit, bunuh Ning Yu sekarang juga!"

Melihat Ning Yu akan di bunuh, Ning Luo kemudian melindungi putrinya sehingga ia terkena tusukan di belakangnya.

Sedangkan Xiao Li sangat marah dan ingin menghajar sang kaisar. Kini ia tersadar dari mabuknya. Namun semua telah terlambat. Serangan brutal membuat Xiao Li terpental beberapa kali sampai pada akhirnya, sebuah panah mengenai tepat di jantung nya. Sebelum wafat, Xiao Li melihat Tetua Ye sekali.

"Ye, bukankah kamu pernah bilang akan membantu ku? Kali ini aku meminta tolong kepadamu, Selamatkan putriku dan ubah namanya menjadi Xiao Ning. Bawa ia ke klan Xiao. Katakan bahwa ia adalah putriku." Ucap Xiao Li mencabut kalungnya.

"Bawa ini sebagai bukti ke klan Xiao!" Ucap Xiao Li seketika memberikan sebuah kalung yang langsung diterima oleh Tetua Ye.

"Tentu kawan, janji tetaplah janji!" Ucap Tetua Ye.

Seketika Tetua Ye langsung berubah kedalam wujud musang berekor sembilan dan membawa kabur Nona Xiao Ning. Tetua Xiao membawanya ke klan Xiao kemudian di asuh di sana.