Sesampainya di rumah sakit Riha langsung di tangani sang dokter, namun di sepanjang perjalanan ia selalu meminta Faiz tuk menghubungi Vio Padahal sebelum berangkat istri pak kyai sudah sempat menelpon Vio terlebih dahulu. Dokter kemudian meminta izin pada Faiz tuk melakukan Caesar karna bayi Riha yang ternyata harus dilahirkan sebelum waktunya jika tidak, bisa membahayakan keduanya. Dengan sangat cemas Faiz pun menandatangani surat izin tersebut, dan Riha langsung dibawa ke Ruang operasi. Sekitar hampir dua jam kemudian sang dokter keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana istri dan anak saya dok.. ??" Faiz buru-buru bertanya.
"Begini pak, putri bapak lahir dengan selamat namun prematur jadi harus segera di inkubator karna sebenarnya ia memang belum waktunya tuk lahir. Dan istri bapak mengalami banyak tekanan hingga beliau sekarang kritis.. sabar ya pak..!!" Ujarnya seraya mempersilahkan Faiz tuk menemui Riha.
Kondisi Akhwat itu sangat lemah, namun wajahnya terlihat bersih dan bercahaya. Faiz tidak pernah melihat wajah Riha setenang itu ketika memejamkan mata, ia usap pipinya yang mulus, mencium keningnya yang berpeluh setelah berjuang dan memegangi tangannya yan terasa hangat penuh kelembutan. Hingga tak terasa airmata nya mengalir..
"De Riha.. bangun, Alhamdulillah anak kita telah lahir dengan selamat.. ia berjenis kelamin perempuan, cantik seperti Uminya. De Riha harus kuat ya sayang.. demi putri kita.." bisiknya pada Riha, ia pun mencium tangan akhwat tersebut. Namun Riha masih belum sadar juga, Tiba-tiba suster memanggil Faiz tuk mengadzani putrinya.
Sekitar hampir dua jam kemudian, Vio pun tiba di rumah sakit bersama sang Bunda. Ia langsung memasuki ruangan Riha, sedang Airmata nya sudah tak kuasa ia tahan lagi.
"Mba... hiks hiks, maaf Vi baru datang.." isaknya seraya mencium tangan Riha. Di luar dugaan ternyata kedatangan Vio mampu membuat akhwat itu tersadar, Faiz pun buru-buru menghampirinya di ikuti pak Kyai dan istrinya.
"Vii... maaf kan mba ya karna mba sudah merebut mas Ilham dari Vi, mba nda tau bahwa ternyata ka Faiz yang Vi ceritakan itu adalah mas Ilham suami mba.. sungguh Vi mba merasa bersalah." Ujarnya, Vio dan Faiz pun terkejut bahkan pak Kyai dan sang Istri termasuk ibunda Vio. Keduanya saling berpandangan namun Vi langsung menundukkan wajahnya dan terisak.
"Nda mba... nda usah minta maaf, mba nda salah ko, kita memang hanya belum berjodoh saja. Jadi mba nda usah bicara seperti itu.." sergah Vio, sedang sang bunda langsung menepuk bahunya. Beliau ikut prihatin dengan keadaan yang diderita putrinya yang selama ini tidak pernah beliau sadari, Sedang Faiz hanya terdiam.
"Vii.. mba sudah tau semuanya, Sungguh.. Vi sudah cukup menderita karna mba. Bahkan sekarang Vi harus rela untuk menjadi istri kedua Haris.. apa mba sejahat itu Vii..??" Papar Riha lagi, kali ini Faiz terlihat shock. Ia pandangi Akhwat itu dengan nanar, ia tak menyangka bahwa Vio akan semenderita itu karnanya.
"Nda mba, Vi mohon jangan bicara seperti itu..!!" Vio sudah tidak sanggup mendengar perkataan Riha lagi, ia tidak ingin orang-orang mengasihani nya Apalagi saat ini mereka sedang berkumpul. Baginya cukup hanya dia saja yang merasakan luka itu, Vio semakin tak kuasa menahan tangisnya.
"Biarkan semua orang disini tahu Vi, bahwa selama ini kamu sudah sangat terluka..!!"
"Nda mba, nda seperti itu.." sergah Vio lagi.
"Sekarang.. berjanjilah Vi, tuk kali ini mba mohon.. tolong penuhi permintaan mba. Rawatlah putri mba selayaknya putri Vi sendiri.. sayangi dan didiklah dia agar menjadi putri yg shaliha." Pinta Riha, Vio langsung mengangguk.
"Iya mba, kita rawat Dede bayinya sama-sama ya..!!"
"Nda Vi.. Rawatlah dia bersama mas Ilham, menikahlah dengannya.. karena mba rasa.. mba Nda akan bisa merawatnya lagi..!! waktu itu akan semakin dekat." kondisi akhwat itu semakin melemah.
Seisi ruangan itu pun terkejut, apalagi Vio dan Faiz.
"Mba.. mba bicara apa sih, Mba pasti pulih.. mba harus kuat supaya kita bisa rawat dede bayinya sama-sama mba.." ucap Vio dengan sangat panik.
"De... de Riha nda boleh bicara seperti itu, de Riha harus kuat ya sayang.. jika memang de Riha mau Mas nikah dengan Vi.. mas akan segera menikahinya, bukankah itu yang selalu De Riha inginkan. Apapun itu pasti akan Mas lakukan asal De Riha juga bahagia.. de Riha yang kuat ya sayang ya.." bujuk Faiz tiba-tiba.
Vio terperangah karena terkejut mendengar penuturan laki-laki itu, kenapa Faiz tiba-tiba berbicara seperti itu tanpa meminta persetujuannya dulu. Apakah hidupnya memang sudah ditentukan oleh orang-orang ini, yang dengan mudah dan entengnya melimpahkan semua persoalan kepadanya.
Vio semakin tertekan dan serba salah, Lalu bagaimana janjinya dengan Emil sahabatnya itu. Ia kemudian menatap sang Bunda, wajah wanita paru baya itu pun langsung tertunduk.
"Ya Robb.. aku harus bagaimana ??" Rintihnya membatin.
"Mas... Riha mau liat bayinya". Riha kembali buka suara, Faiz pun langsung menghubungi suster dan tidak berapa lama kemudian suster datang membawa serta bayinya dan langsung di dekapkan di dada Riha. Airmata Riha langsung mengalir,
"Selamat datang di dunia ini sayaang, maaf Umi nda bisa merawat kamu.. biarkan Abi Faiz dan Umi Vi yang membesarkan mu.." ucapnya, tiba-tiba bayi itu langsung menangis dengan sangat keras, Sepertinya ia tahu bahwa sang Bunda akan pergi meninggalkannya untuk selamanya. Suster langsung mengambilnya kembali, sedang Riha sudah terlihat sangat kritis.
"Berjanjilah Vi.. di hadapan orang-orang yang hadir di sini bahwa kalian berdua akan merawat bayi kita sebagai istrinya mas Ilham.." ujar Riha lagi, sedang nafasnya sudah semakin tak beraturan.
"Nda mba, Vi mohon, mba Riha harus kuat..!!" Vio kembali menguatkan Akhwat tersebut, sedang Airmata nya sudah tak kuasa ia bendung lagi. Faiz langsung menuntun Riha tuk membaca dua kalimat syahadat dan Riha mengikutinya tak berapa lama kemudian Riha pun beristirahat dengan tenang.
"Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun.." ucap pak Kyai yang kemudian disusul oleh yang lainnya.. Vio pun langsung histeris memeluk sang Bunda, karena saking shock nya Akhwat itu pun pingsan tak sadarkan diri. Faiz terlihat panik, dua akhwat yang ia cintai itu sama-sama tidak sadarkan diri. Apalagi Riha yang saat ini sudah tenang di Alam sana..
"Selamat jalan bidadari Ana.. semoga Allah menempatkan de Riha di sisiNYA yang terindah. Aamiin.." Airmata Faiz mengiringi kepergian sang istri. Kini terbanglah sudah bidadari tak bersayap itu, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya, meninggalkan bayi yang baru dilahirkan nya, meninggalkan seorang suami dan calon madunya, dan meninggalkan orang tua sekaligus gurunya. Sesungguhnya itulah yang pasti akan kita alami jua, meski kita tidak pernah tahu kapan, dimana dan bagaimana.. wallahualam.
Setelah proses pemakaman selesai, ibunda Vio pun kembali pulang ke rumah, sedang Vio sendiri harus tinggal beberapa hari lagi di pesantren. Apalagi ia harus bolak balik menjenguk bayi tersebut di Rumah sakit, bayi yang di beri nama FARIHA FAZRINA oleh Riha sebelum wafatnya, singkatan dari Faiz dan Riha.
Sebenarnya dengan Wafatnya Riha, Vio bisa kembali mewujudkan keinginannya itu untuk bisa bersanding dengan Faiz. Namun sayangnya ia sudah terlanjur menerima permintaan Emil sahabatnya itu untuk menjadi lilin kecil yang akan menerangi kehidupan rumah tangganya. Lantas siapakah yang akhirnya menikah dengan Vio..??
SELESAI.
NB: Simak season 2 nya di buku yang satunya dengan judul 'Violet ketika yang pertama menjadi yang kedua'. mohon vote dan dukungannya ya guys.. terimakasih š