Nama ku adalah Nicolo Luca Orlando, aku adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Aku mempunyai kakak laki-laki yang bernama James Orlando dan adik perempuan yang bernama Edelyn Flavio Orlando. Ayahku bernama Antonio Arthur Orlando dan Ibuku bernama Carla Belladona Orlando.
Keluarga Orlando terkenal dengan julukan Master Pianis yang terkenal dan hebat didunia. Kedua orang tua ku menyuruh anak-anak nya untuk bermain piano sejak dari kecil agar menjadi pianis hebat, mengikuti les privat yang ternama dan mahal, belajar dari pagi ke pagi, belum lagi ada evaluasi tiap minggunya ditempat les maupun di rumah. Ya di rumah, tempat yang seharusnya untuk beristirahat dan waktu ku untuk bermain malah dipergunakan untuk tetap latihan. Itu adalah hal yang melelahkan dan aku benci itu.
Masa kecil yang dipergunakan hanya untuk les dan les, akibatnya aku jadi tidak terlalu pandai berteman dan bersosialisasi. Aku merasa kesepian, hampa dan kenapa hidup ku tidak seperti anak kecil lainnya yang hanya fokus untuk bermain-main. Tidak apa, itu hanyalah masa lalu yang tidak ingin lagi ku bahas.
Aku sekarang tinggal dengan kakek ku. Ya, dia dulunya pianis terkenal juga, namanya adalah Alberto Orlando. Kenapa aku tinggal dengan kakek, karena aku kabur dari rumah aku tidak ingin orang tua ku terus-menerus memaksa ku untuk bermain piano lagi, aku lelah dengan semua hal itu.
Awalnya aku hanya mengucapkan kata " aku ingin berhenti bermain piano" tetapi ayah ku yang mendengar hal itu marah dan menampar ku, dia bilang apa kau bercanda, ya jelas aku tidak bercanda. Dia tertawa dan menatap dengan tajam kepadaku dan berkata, apa kau mau membuang semua ini hanya dengan sia-sia, bagaimana dengan les mu, dengan karirmu, piagam penghargaan dan piala-piala mu itu yang sudah kau capai. Apa kau hanya ingin berhenti sampai sini!! dan mempermalukan keluarga Orlando!!
Aku tidak mau lagi karena aku lelah dengan paksaan ini selalu terus-menerus memaksakan apa tidak ku inginkan. Ayahku bilang, kau harus tetap main piano apapun masalahmu, aku sudah tidak tahan lagi dengan ucapannya yang tidak memperdulikan perasaanku, aku langsung pergi dengan mengendarai motor kesayanganku dan karena itulah aku tinggal di rumah kakek. Seperti lari dari masalah, tapi itu adalah kenyataan nya.
Pergi dari rumah dengan bertengkar, tidak berpamitan pada ibu dan saudara ku, aku seharusnya berpamitan, tapi kalau pun aku berpamitan pasti mereka tetap memaksa menahan ku untuk tetap berada di rumah itu.
Lalu bagaimana dengan saudaraku, kakak ku sama seperti aku dia juga sudah muak dengan paksaan itu, tapi bagaimana lagi, dia tetap harus nurut untuk bermain piano. Kalau adikku juga sama, dengan paksaan juga pastinya untuk tetap bermain piano, mereka tidak berani membantah dan membangkang. Padahal mereka sudah ku ajak untuk pergi dari rumah ini, tapi mereka terlalu takut kalau seandainya ayah berbuat tindakan yang berbahaya. Ayahku bisa melakukan apa saja. Tapi apa boleh buat hanya aku yang nekat untuk pergi dari rumah itu, aku hanya ingin hidup dengan sesuai apa yang ku mau, aku hanya ingin hidup dengan bebas dan tanpa ada piano lagi.