Setelah berhasil membunuh ayahnya sendiri, tidak terlihat sebuah penyesalan pada wajah Vadlir. Justru sebaliknya, dia merasa sangat puas dengan apa yang sudah dia lakukan. Seakan belum merasa puas dengan menusuk dada sang Ayah, dia mengambil sebuah kapak yang tergantung rapi pada dinding.
"Inilah balasan yang harus kau terima," kata Vadlir menyentuh gagang kapak dengan seringai mengerikan. Sudah seperti iblis yang merasuk ke dalam jiwa, tidak ada rasa kemanusiaan yang diperlihatkan oleh dirinya. "Balasan karena sudah membuatku merasakan rasa sakit yang sesungguhnya."
Vadlir menarik kapak tersebut sekuat tenaga. Saking beratnya kapak yang dibawa, Vadlir tidak sanggup mengangkat. Jadi, dia menyeret kapak tersebut mendekati tubuh sang Ayah.
Suara logam yang bergesekan dengan lantai keramik, terdengar begitu nyaring di dalam telinga. Suara tersebut seolah menjadi musik pengiring yang begitu menenteramkan hati, membuat Vadlir semakin semangat dalam menjalankan aksi.