"Kenapa aku bisa melupakannya!" teriak Aarav ketika berhasil mengingat semuanya dengan baik. "Bukankah sebelumnya aku sudah melakukan teknik itu? Lalu, ke mana orang itu pergi."
Aarav terus nengedarkan bola mata, berusaha mencari tahu keberadaan Gretel yang sebelumnya menempel pada telapak tangan. Padahal sebelum dia tidak sadarkan diri, orang itu masih berada di telapak tangan, tetapi ketika dia sudah banyak justru orang tersebut telah menghilang dari pandangan matanya.
"Sialan!" umpat Aarav sembari menghentakkan kaki begitu kencang, membuat tanah yang ada di bawahnya bergetar. "Apa yang kupikirkan telah menjadi kenyataan. Kenapa Eiireen begitu percaya diri dengan keadaan seperti itu. Padahal sudah jelas-jelas jika dia adalah musuh kita semua!"
Aarav mengerutkan kening dalam, merasa kesal dengan tindakan yang sudah dia lakukan sebelumnya. "Seharusnya aku tidak melakukan tindakan seperti itu." Aarav bersungut dengan segela kebencian yang ada di dalam hatinya.
