"Apa kau sudah sadar sekarang?" tanya Eiireen dengan tangan terangkat di depan dada. Napasnya menderu kencang, uap panas keluar dari kedua lubang hidung, tatapan mata tajam, serta raut wajah penuh rasa kepuasan.
Setelah memukul Aarav dengan kekuatan penuh, akhirnya dia telah dapat meluapkan emosi yang bersemayam di dalam dada. Setidaknya sedikit rasa kesal di dalam tubuhnya telah berkurang, meski tidak keseluruhan yang dapat dihilangkan.
Aarav yang masih terduduk setelah mendapatkan pukulan mentah dari Eiireen, hanya bisa mendongakkan kepala menatap wajahnya. Wajah yang tidak diperlihatkan rasa bersalah, justru menampilkan rasa kepuasan yang sangat terlihat jelas.
"Bukankah kau terlalu berlebihan?" tanya Aarav memberanikan diri setelah menelan ludah kasar. Untuk dapat mengeluarkan pertanyaan tersebut, membutuhkan waktu yang lama karena kesulitan yang dialami.