"Sialan!" umpat Erina di dalam hatinya, merasa jika segala ucapan yang keluar dari mulutnya terasa sangat sia-sia. "Apa yang harus kulakukan saat ini? Kenapa aku tidak bisa menghentikan Aarav dengan kedua tanganku sendiri."
Penyesalan yang ada di dalam kepala Erina semakin besar, ketika melihat Aarav berhasil melewati tubuhnya begitu saja. Jangankan untuk berhenti sekejap saja, melirik ketika melewati Erina saja tidak dilakukan Aarav saat itu.
Tanpa sebuah perintah, butiran bening mulai mengalir dari ujung mata Erina saat ini. Saking derasnya, butiran tersebut memenuhi wajah hingga akhirnya terjatuh akibat getaran yang diberikan oleh Erina. Napasnya mulai tersengal, sudah tidak sanggup menahan kesedihan yang ada di dalam hatinya lebih lama.