Bola mata Aarav terbelalak tatkala menatap seonggok daging tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia segera berlari menuju tempat tersebut dengan wajah sedih. Tubuhnya gemetar disertai dengan jantung berdebar kencang.
Kepalanya terus menolak dengan keras jika itu adalah yang dia cari. Tanpa diduga, ujung matanya mulai berair dan mengeluarakan butiran bening. Aarav segera mengusap cairan yang keluar dari ujung matanya. Terasa sangat perih ketika cairan tersebut mengalir, apalagi dengan cuaca yang panas menyengat seperti ini.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi! Semua ini pasti bohong!" teriak Aarav mencoba menenangkan diri sendiri. Semakin lama, Aarav semakin cepat melangkah mendekati orang yang tergeletak pada tempat tersebut.
