Chereads / Ratna Dewi Lestari / Chapter 3 - Awal Mula Tragedi

Chapter 3 - Awal Mula Tragedi

Bismillah

"Werewolf Girl In Love"

# part_3

#by: R.D.Lestari.

Lelaki berkacamata dengan rambut hitam yang tersisir rapi duduk sendiri tak jauh dari rombongan Kia yang sedang asyik mendirikan tenda. Pandangan nya lekat menatap gerak-gerik Kia di balik bukunya. Ia sungguh mengagumi Kia yang cekatan dan juga ringan tangan, di balik tubuhnya yang sexy dan wajahnya yang cantik, Kia ternyata punya pribadi yang baik. Ia berdecak kagum.

Sesekali Kia menoleh lelaki yang bernama Hadi itu. Kadang tatapan Kia masam pertanda ketidak sukaannya. Hadi amat paham, sikapnya yang pendiam dan suka menyendiri serta gayanya yang kampungan pasti sangat bertolak belakang dengan lelaki impian Kia. Itu sebabnya Hadi tak pernah mencoba untuk mendekatinya. Perasaan kagum itu hanya tersimpan di lubuk hatinya yang paling dalam.

***

Kia tampak gelisah di antara Sari dan Nindi, sesekali ia memegangi bawah perutnya, kakinya ia lipat karena merasa kandung kemihnya amat penuh, ia kebelet pipis.

Sedangkan Sari dan Nindi sedang asik menikmati suara Kak Bram yang bermain gitar di depan api unggun yang sedang menyala. Apinya menghangatkan tubuh para mahasiswa di dinginnya udara malam yang lumayan menyengat tubuh.

Sasi yang duduk di seberang Kia memperhatikan tingkah aneh Kia, ia lalu bangkit dan mendekati Kia.

"Ki, loe kenapa? gua perhatiin dari tadi loe kok gelisah banget," tanya Sasi.

"Sas, gua mo pipis ini," Kia menunjuk bawah perutnya.

"Hayuklah gua anterin," tawar Sasi.

"Kemana? di sini ga ada toilet, Sas!" bisik Kia penuh rasa khawatir.

"Ya kedalam hutan lah, kemana lagi? Loe mau begitu sampai pagi?" Sasi tersenyum geli.

"Ya, deh. Hayuk," Kia akhirnya mengalah karena sudah tak tahan. Ia pun beranjak dan baru saja melangkah, Sari menoleh dan bertanya," mau kemana, Ki?"

Kia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Sari. "Gua mo pipis," jawabnya singkat.

Sari mengangguk dan tatapannya kembali ke arah api unggun dan tentunya ke Kak Bram yang memang menghipnotis dengan suara merdunya dan permainan gitarnya.

***

Dengan berbekal senter dan sebotol air mineral, Kia dan Sasi berjalan memasuki hutan yang gelap. Hanya lampu senter sebagai penerang.

"Ki, jangan jauh-jauh, nanti kita tersesat," Sasi berusaha menghentikan langkah Kia yang terus saja masuk ke dalam hutan.

"Kalau deket-deket ntar keliatan orang, Sas," sahut Kia, ia terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan Sasi.

Krekkk!

Bunyi ranting patah seperti terinjak kaki menghentikan langkah Dasi dan Kia. Dua gadis belia itu saling berpandangan karena tak merasa menginjak ranting pohon.

"Siapa, Ki?"

"Udah, jangan pikiran buruk. Mungkin itu suara binatang malam yang ga sengaja lewat," Kia berusaha menenangkan Sasi dan meneruskan langkahnya.

"Sas, loe tunggu sini, ya. Gua pipis di situ," Kia menunjuk semak-semak, Sasi mengangguk.

Kia melangkah menuju semak belukar. Ia segera membuka retsleting celana jeansnya dan berjongkok.

Serrrrrrr!

"Ah, lega," lirih Kiara. Sayup-sayup Kia mendengar suara orang berbisik-bisik. Perasaan Kia mulai tidak enak. Ia bergegas memakai kembali celananya dan melangkah cepat ke tempat di mana Sasi menunggu.

"Sas ... si?"

Kia menghentikan langkahnya. Sasi tak ada di tempat, yang ada kini rombongan lelaki teman-teman satu kampusnya yang berjumlah lima orang. Mereka Joe, Ferdi, Titan, Doni dan Firman.

Kia mundur beberapa langkah. Perasaannya tak enak, apalagi melihat kelima lelaki itu menatapnya dengan penuh nafsu.

Joe berjalan mendekati Kia dengan senyum sinisnya. Matanya menatap tajam gadis cantik di hadapannya.

"Mau apa kamu, Joe? jangan dekat-dekat!" Kia beringsut mundur menghindari Joe yang terkekeh melihat Kia yang ketakutan.

"Guys, kemari! malam ini kita bersenang-senang! Ha-ha-ha!"

Mendengar ucapan Joe, Kia langsung berbalik dan berlari kencang. Tak ia hiraukan panggilan Joe dan beberapa temannya .

Drap-drap-drap!

"Akh! lepasin!"

Apalah daya tenaga Kia tak sebanding dengan para lelaki yang dengan mudah menangkap Kia dan membawanya ke tempat yang lebih sepi dan jauh dari tenda.

"Mmmmmmm," mulut Kia mereka bekap dan...

Brukkk!

Tubuh gadis ramping itu mereka banting sesuka hati,membuat gadis itu susah bergerak karena benturan di kaki dan pantatnya cukup kuat.

"Akh," jeritnya .

"Rasain, siapa suruh jual mahal, sekarang biar kamu tahu gimana sakitnya ditolak!" Joe mendekati tubuh Kia yang terbaring lemah di atas rumput dan ilalang .

Dengan ganas ia merobek baju Kia hingga belahan dada putihnya kelihatan. Joe menatap mesum Kia yang tak berdaya.

"Jangan Joe, aku mohon ," rintih Kia saat jemari nakal Joe mulai menggerayangi belahan dada Kia. Kia berontak tapi seluruh badannya terasa sakit.

Joe sedikitpun tak menghiraukan jeritan pilu Kia saat ia merobek paksa mahkota yang ia jaga seumur hidup.

Tangisan dan rintihan seolah jadi hiburan bagi Joe dan kawan-kawannya. Setelah puas ia menyalurkan hasrat setannya , ia dengan tega mempersilahkan kawan-kawannya bergiliran menikmati tubuh Kia, hingga ...