Rin berlari secepat mungkin untuk menghindari kejaran orang-orang yang akan menangkapnya, tanpa mempedulikan penampilannya yang berantakan dia terus saja berlari, untungnya sudah tengah malam jadi tidak ada orang yang lalu lalang di hotel itu. Rin tak habis pikir, kenapa ayah tirinya yang selama ini selalu bersikap baik padanya ternyata sungguh tega menjebak dan menjual dirinya kepada seseorang hanya untuk melunasi hutang perusahaannya. Dia baru sadar kalau selama ini ayah tirinya hanya berpura-pura baik saja.
Rin terus berlari, ketika melihat pintu keluar secepatnya dia menuju kesana. Tanpa melihat keadaan sekitar Rin terus saja berlari.
TIIIINNNNN... Nyaris saja Rin tertabrak mobil yang akan keluar meninggalkan hotel itu. Untungnya pengemudi mobil itu dengan sigap menginjak pedal rem. Pengemudi mobil itu pun segera keluar dari mobilnya.
"Kau mau mati?!" Seru Reiz, pengemudi mobil tersebut. Rin yang masih terkejut, hanya terdiam. Dia berdiri kaku tepat di depan mobil Reiz.
"Menyingkir dari sana! Kau menghalangi jalanku!" Seru Reiz lagi, dia benar-benar kesal terhadap Rin yang hanya diam mematung di depan mobilnya. Rin tersadar, secepatnya dirinya menghampiri Reiz.
"Tuan, tolong saya. Ada orang yang mengejar saya, mereka mau melecehkan saya..." Rin mengatupkan tangannya di depan Reiz, dia tidak tahu lagi harus meminta tolong pada siapa.
Dan anehnya dia merasa kalau laki-laki di hadapannya adalah orang baik, sehingga dirinya berani meminta pertolongan pada Reiz. Reiz menatap aneh pada gadis itu, dia memperhatikan penampilan Rin yang memang berantakan. Bajunya nampak robek di beberapa bagian.
"Itu masalahmu, dan aku tidak peduli." Jawab Reiz dengan dinginnya. Reiz membuka pintu mobilnya, tapi Rin malah memegangi lengannya.
"Tuan, saya mohon..." Rin kembali memelas.
"Lepaskan tanganmu! Berani sekali kau menyentuhku!" Reiz menghempaskan Rin hingga gadis itu terjatuh, dia sangat tidak suka bila ada perempuan asing yang berani menyentuhnya.
"Aduh.... Sakit...." Lirih Rin.
"Tuan, anda jahat sekali..." Sambungnya, Rin masih jatuh terduduk di jalan.
Reiz tidak peduli, dia lebih memilih masuk ke dalam mobilnya.
Rin segera berdiri, dan seketika itu juga orang-orang yang mengejarnya ternyata sudah ada di sampingnya. Dan membuatnya kembali terkejut.
"Nona, ayo ikut kami. Bos kami sudah menunggu anda." Ujar salah satu pria yang tadi mengejarnya.
"Aku tidak mau..." Tolak Rin. Sementara Reiz masih diam memperhatikan mereka dari dalam mobilnya.
"Nona mohon kerja samanya, jangan membuat Bos kami marah. Anda tentu tahu apa yang akan terjadi nanti kalau Bos kami sampai marah, bukan?" Ancam pria itu lagi.
"Aku tidak peduli, aku tidak pernah berurusan dengan Bos kalian. Aku mohon lepaskan aku..." Rin mencoba untuk memohon, ia tak akan rela jika harus kembali pada laki-laki yang hampir melecehkannya itu.
''Siapa Bos kalian?" Tanya Reiz, membuka kaca jendela mobilnya.
"Anda jangan ikut campur, Tuan."
"Aku tanya, siapa Bos kalian?" Reiz kembali mengulang pertanyaannya.
" Tuan Edra William. Anda pasti tahu, siapa Tuan Edra William bukan?" Jawab lelaki itu dengan sombongnya. Edra William adalah salah satu pengusaha berpengaruh di negara itu. Sementara Reiz hanya tersenyum sinis mendengar nama yang tidak asing baginya.
"Bilang pada Bos mu itu, kalau sekarang gadis ini sudah menjadi milikku." Ucap Reiz dengan tatapan tajamnya.
"Siapa kau? berani sekali memerintah kami?!" Hardik pria itu.
"Katakan saja pada Edra William, gadis ini sudah menjadi milik Reiz Anderson." Seketika itu juga para lelaki itu melebarkan matanya.
"Anda Tuan Reiz Anderson?"
"Apa aku masih harus menjelaskan sesuatu yang sudah jelas?" Wajah Reiz terlihat kesal.
Para lelaki itu menelan salivanya, jangan sampai mereka berurusan dengan seorang Reiz Anderson. Itu yang selalu di ucapkan oleh Bos mereka.
"Hei kau! masuklah kedalam mobilku." Ucapnya pada Rin yang sedari tadi diam menyimak percakapan mereka. Tanpa pikir panjang Rin masuk kedalam mobil Reiz, dan Reiz segera memacu kendaraannya meninggalkan hotel dan para lelaki tersebut.
**********
"Tuan, terima kasih sudah menolong saya..." Ucap Rin dengan senyum tulusnya. Sementara Reiz hanya diam saja, ia tidak mempedulikan Rin sama sekali dan lebih memilih fokus mengemudi.
Rin mengurucutkan bibirnya, tak apa kalau lelaki itu tak merespon ucapan terima kasihnya. Yang penting ia sudah selamat dari lelaki yang bernama Edra William.
Mobil yang dikendarai Reiz tiba-tiba berhenti di pinggir jalan yang lumayan gelap.
"Tuan, kenapa berhenti?" Tanya Rin. Tapi Reiz diam saja.
"Tuan kenapa berhenti di sini?" Tanya Rin lagi. Mendadak pikiran buruk melintas di pikirannya, apa jangan-jangan lelaki ini juga sama seperti Edra? Hendak melecehkannya juga. Bukankah itu artinya lolos dari kandang buaya masuk ke kandang harimau.
Kali ini dirinya tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Bagaimana kalau Reiz benar-benar akan melecehkannya di sini? Jalanan cukup sepi dan gelap, sama sekali tidak ada orang. Sangat mendukung sekali untuk berbuat yang tidak-tidak.
"Keluar dari mobilku. Aku tidak suka ada orang asing di dalam mobilku." Ucap Reiz datar tanpa melihat kearah Rin. Rin melebarkan matanya, apa dia tak salah dengar kalau lelaki ini mengusirnya?
"Maksud Tuan?" Rin ingin memastikan ucapan Reiz.
"Apa perkataanku kurang jelas? Aku menyuruhmu keluar dari mobilku!" Seru Reiz, mulut Rin menganga tak percaya, lelaki itu benar-benar mengusirnya.
"Tuan, kau tega sekali mau menurunkanku di jalanan sepi seperti ini." Rin kembali mengiba. Ia benar-benar takut.
"Aku tidak peduli, keluar sekarang atau aku yang akan menyeretmu!" Tegas Reiz menatap tajam pada Rin. Ia sama sekali tidak ingin berurusan dengan yang namanya wanita.
Rin terlonjak mendengar perkataan Reiz. Mau tak mau dia keluar dari mobil Reiz, begitu Rin keluar Reiz secepat mungkin memacu mobilnya membelah jalanan yang sepi dan gelap.
Mata Rin berkaca-kaca, kenapa dirinya sial sekali. Sudah di jual oleh ayah tirinya, hampir dilecehkan, dan sekarang ketika ada orang yang menolongnya orang tersebut benar-benar kejam. Dengan teganya menurunkan dirinya di jalanan seperti ini.
Rin menangis tersedu, baru kali ini dia perlakukan seperti ini oleh seorang pria. Dulu sang ayah tiri selalu bersikap baik padanya, walaupun semua itu ternyata hanya pura-pura.
Rin melangkah dengan gontai, dirinya tak tahu lagi harus pergi kemana. Pulang ke rumah tidak mungkin, yang ada nanti dia akan jual lagi oleh ayah tirinya. Pergi ke luar kota juga tidak mungkin, dia bahkan tak mempunyai uang sepeser pun. Air mata Rin terus mengalir, di tambah dinginnya malam, sungguh sempurna sekali penderitaan Rin.
Bajunya yang robek di beberapa bagian membuatnya tubuhnya bertambah dingin. Untung saja tidak turun hujan, kalau sampai turun hujan Rin pasti sudah pingsan karena kedinginan.