"Dimana? Kamu yang dimana. Bisa-bisanya kamu memilih Rena yang menjadi coach untuk junior kita. Gak adil itu!"
Rena menarik nafas panjangnya dan terlihat bingung sendiri. Ia pun pada akhirnya angkat suara.
"Kalau kamu keberatan, ya sudah kamu gantikan saya saja,"
Kalimat yang sebenarnya merupakan jawaban sederhana namun berujung malapetaka membuat Ica meletupkan amarah. Pasalnya, perkataan Rena sedikit meninggi. Tadi ia refleks mengungkapkan itu semua.
"Ya sudah, saya minta maaf," ucap Rena terburu-buru.
Sadar diri karena Ica sudah mengepalkan kedua tangan. Tak peduli permintaan maafnya Rena, Ica sudah siap menghajarnya.
Beruntung Rena pun langsung berlari keluar ruangan organisasi dan senior tadi menahan kedua tangan Ica agar tak berlarian.
Diluar sana Rena pun berlarian kencang. Menghindari Ica yang bisa saja mengejarnya sampai keluar. Naasnya ia malah mendapati bola basket terhantam ke badannya dari belakang.
"Aw!" ringis Rena tiba-tiba.