"Ya sudah, Jeng. Nanti saya ke restoran Pay setelah dari sekolahnya Ica," kata Gea tidak mengubris pembicaraan Keny yang terakhir.
"Oke, Jeng," sambungan telfon diputus sepihak oleh Gea.
Gea mendengkus pelan.
"Sikapnya Keny kayaknya lebih cocok dengan sikapnya Ica," kata Gea sambil memposisikan dirinya fokus menyetir.
"Kenapa begitu, Nyonya?"
"Ya lihat saja, mulut mereka itu pedas. Bahaya deh,"
"Mungkin mereka ada dendam kesumat. Tapi kita juga bingung salahnya apa, Nyonya," ujar Ika menanggapi.
"Nah itulah. Orang yang dibenci gak ada masalah yang berarti. Kenapa sampai dibenci seperti ini?"
GLEK!
Ika melupakan suatu hal. Memang ada masalah. Bukankah permasalahan di masa lalu adalah sebuah hal yang harusnya menjadi permasalahan bagi Keny? Tapi Ika mencoba berpikir positif. Ia berharap Keny tidak mengingat dirinya. Ia berharap Keny murni hanya jengkel karena anaknya berteman dengan Rena saja. Untuk hal itu Ika hanya bisa pasrah saja.