Karina terkekeh pelan. "Tanyain dong, kenapa gue basah-basahan di bawah hujan!"
"Entah! Yang pasti semua hal itu punya alasannya tersendiri."
Karina tersenyum, ternyata cowok ini tidak sedingin yang ia pikirkan. Yah ... meskipun memang agak kaku, sih.
"Kalo gitu gue pergi dulu," pamitnya dan berjalan membelakangi Karina.
Sesuatu terlintas di benak gadis itu. Haruskah ia menanyakan sesuatu yang mengganjal pikirannya selama ini? Tapi, jika dia dianggap lancang dan terkesan tidak sopan bagaimana? Akan tetapi, jika dia tidak menanyakannya sekarang, ia tidak yakin apakah kesempatan akan datang lagi kepadanya seperti sekarang.
Ia menarik napas dan kemudian membuangnya dengan pelan melalui mulut. Ia sudah memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Ezra!" panggilnya. Langkah cowok itu terhenti dan berbalik menatap Karina.
"Apa lo pa-pacaran sama Pak Abian?!" lanjutnya dengan setengah berteriak.
Beruntungnya, koridor itu cukup sepi sehingga tidak ada yang mendengar perkataan nya barusan.
Hening merayap.
"Eh? P-pacaran? G-gue sama Pak Abian?" tunjuk Ezra kepada dirinya sendiri. Jujur, ia merasa tertekan sekarang.
Karina menganggukkan kepalanya.
"T-tapi gue cowo!" cetus Ezra.
"Karena lo cowo lah, ma-makanya gue nanya ...," cicit gadis itu yang membuat cowok itu speechless.
Lalu, Ezra kembali berjalan ke arah Karina dengan cepat.
"Gue masih normal," katanya cepat.
"O-oh gitu," jawab Karina sambil mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
"T-tapi kenapa lo selalu tiduran di kantornya Pak Abian? Mana baju lo berantakan lagi. Terus tali pinggang lo juga kelepas gitu. S-siapa yang ga salah paham coba," beber Karina.
"E-eh?"
Seketika, wajah Ezra memerah bak tomat. Cowok itu lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya. Karina yang melihat itu cukup terkejut. Ini pertama kalinya ia melihat seorang cowok yang wajahnya memerah begini karena malu. Imut sekali, batinnya.
Jangan-jangan ....
Dia benar-benar melakukannya dengan Pak Abian?! What the fuck!
"G-gue ga nyangka lo bakal salah paham ke arah situ," tutur Ezra yang wajahnya masih setengah memerah.
'Hah? Jadi maksudnya gue salah paham?!' teriak batin gadis itu.
"S-sebenernya, penyakit lama gue kambuh karena gue basah-basahan pas malam tahun baru. Dan efek samping dari pengobatannya itu bikin gue selalu ngantuk. Kalo gue terus-terusan tidur di UKS rasanya ga enak karena di sana banyak cewe yang jaga. Jadi, Pak Abian nawarin gue buat istirahat di kantornya," jelas Ezra panjang lebar.
Jangan-jangan ... cowok ini takut cewek? Tunggu-tunggu ... bukankah secara tak langsung ini adalah kesalahan Karina yang membuat Ezra jadi basah-basahan saat hujan dan penyakit lamanya malah kambuh?!
Gadis itu jadi merasa bersalah.
"Dan kebetulan Pak Abian juga wali kelas gue, makanya ...," lanjut Ezra.
'Lah, iya gue lupa kalo Pak Abian itu wali kelasnya 10-6! Guoblok emang gue ini!' Karina menepuk jidatnya sendiri karena merasa bodoh.
"T-tapi lo udah ga apa-apa 'kan sekarang?" tanya gadis itu khawatir.
Ezra menggeleng. "Gue ga apa-apa. Lo ... suka, ya, sama Pak Abian?" tebaknya.
Karina langsung melototkan matanya dan menggeleng cepat. "Gak gak gak! Seriusan gue gak suka sama guru MTK! Gue cuma penasaran aja," tegasnya.
'Gue itu suka sama lo tau!' batinnya.
"O-oke." Ezra mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Maaf, ya, udah salah sangka sama lo." Karina merasa bersalah dengan pemikiran absurd nya sendiri.
"It's okay! Sering-sering main ke Cafe kami, ya," balas Ezra sambil tersenyum tipis.
Sangat tipis sekali hingga tak terlihat seperti sebuah senyuman. Tapi, sialnya jantung Karina malah berdegup lebih kencang.
Karina mengangguk semangat.
'Ganteng banget, sih!' ujarnya dalam diam. Rasanya, hati Karina sedang tertancap panah Cupid puluhan kali.
***
Teman-temannya menatap Karina yang sepertinya sudah gila. Bagaimana tidak, gadis itu terus saja tersenyum sendiri sambil memandangi anak-anak cowok dari kelas sebelah yang sedang bermain basket. Namun sayangnya, itu bukan kelasnya Ezra.
Dan mereka juga sedang ada jam olahraga sekarang. Karena kebetulan guru olahraga dari kelas sebelah sedang tidak hadir, makanya kelas olahraga mereka digabung.
"Kar, akhirnya lo sinting juga, ya! Pertahanan, gue bangga," cibir Emy kepada temannya.
"Diem, bege!" balas Karina dengan nada lembut yang malah membuat Amy bergidik ngeri.
"Valentine ... gue kasih cokelat rasa apa, ya, ke Ezra?" gumam Karina pada dirinya sendiri.
Ya, itu benar. Sebentar lagi adalah hari Valentine, makanya para cewek sibuk dengan cokelat dan sebagainya.
"Semua cokelat 'kan sama aja. Ngapain pilih-pilih? Lagian belum tentu dia suka cokelat."
"Suka ga suka mah urusan belakangan, yang penting pepet dulu pake alesan cokelat!" celetuk Karina.
"Ngadi-ngadi. Mending buat gue cokelatnya," usul Emy.
"Lo yang ngadi-ngadi. Beli sendiri san—"
"Karina, awas!!"
Belum sempat gadis itu bereaksi, tiba-tiba saja sebuah benda berbentuk bulat menghantam wajahnya kasar.
Ia yakin tadi itu adalah suara orang-orang yang menyuruhnya agar menghindari benda tersebut. Namun, bukannya sudah terlambat?
Karina terbaring di tanah. Ia masih sadar, tetapi ia merasakan wajahnya yang kesakitan. Terutama di bagian hidup.
"Ka-karina, jangan mati dulu, pliss!! Utang lo sama gue masih banyak dan belum lunas, woilah! Bangun!!" Emy mengguncangkan tubuh Karina.
Gadis itu menghela napas. Bisa-bisanya saat dirinya sedang sekarat, temannya malah mengingat hutangnya.
"Kampret! Gue masih hidup!" ujar Karina dan berusaha untuk bangun dari posisinya yang telentang.
Ia bisa melihat bahwa teman-temannya sudah mengerubunginya sekarang. Dan sialnya, cairan kental merah itu malah merembes keluar dari hidungnya. Yah ... wajar saja, sih, mengingat ia yang terkena bola cukup kencang.
"L-lo berdarah, Kar!!" heboh Emy.
"Sialan!" gumam Karina dan langsung berdiri dari tempatnya meskipun sedikit terhuyung.
"WOI!! BANGSAT MANA YANG LEMPAR BOLA KE MUKA GUE? SINI MAJU!" teriaknya yang ditatap kaget oleh orang-orang di sana.
Kaila dan Davira yang sedang berlari ke arah Karina malah terhenti saat mendengar teriakan gadis itu yang cukup menggelegar di lapangan. Kaila dan Davira tertawa terbahak-bahak.
Yah ... sebenarnya bukan tanpa alasan mereka tertawa. Karena selama ini, Karina cukup menjaga citranya di sekolah dan malah dianggap sebagai cewek pemalu oleh sebagian orang.
Namun, inilah sifat asli seorang Karina. Dia cukup bar-bar dan overactive. Bahkan mulutnya selalu mengeluarkan kata-kata kasar. Sepertinya ia benar-benar kesal sekarang, makanya sampai mengeluarkan sifat aslinya begitu.
For you information, Karina hanya menjaga sikapnya di depan orang yang disukainya saja. Bermuka dua sekali dia. Seperti pura-pura lemah sampai-sampai tidak sanggup membuka botol air, dan sebagainya. Padahal kalau sendirian, jangankan botol air, angkat galon saja di sanggup. Dan semoga saja Ezra tidak melihat kejadian ini.
"Akhirnya si Karina kambuh. HAHHAHAHHA!" ucap Kaila yang sudah tak bisa menahan tawanya lagi.
Sedangkan Davira? Gadis itu masih menahan tawanya sampai-sampai ia berjongkok dan memegangi perutnya. Sepertinya sebentar lagi akan ada kejadian seru.
***