Chereads / CRUSH (My Fireflies) / Chapter 4 - Takdir Gak, Sih?

Chapter 4 - Takdir Gak, Sih?

"Karina, lo suka sama si Azra itu?" tanya Davira yang kini beralih dan menatap Karina. Meskipun ia berucap dengan masih meletakkan mic di mulutnya. Membuat seluruh ruang hanya dipenuhi oleh suaranya saja.

"Atau ... lo cuma penasaran aja? Atau memang lo beneran cinta sama dia? Jadi yang mana, nih?" lanjut Davira dengan ekspresi yang masih sama seperti sebelumnya. Ekspresi datar.

Ya, gadis bernama lengkap Davira Daniela Diandra itu lebih sering berekspresi datar di berbagai situasi. Bahkan saat senang saja wajahnya tetap datar. Jadi, sulit untuk mengetahui isi hatinya yang sebenarnya.

"Ka-kalo lo nanya gitu, sih ... mungkin gue cuma sedikit penasaran sama dia. Tapi ... agak gimana, ya ... hm ...." Karina memiringkan kepalanya seakan seperti sedang memikirkan sesuatu hal yang serius. Ia bahkan menumpu tangannya di dagu.

Memang benar. Untuk sekarang, sulit mengatakan bahwa apa ia memang benar-benar jatuh cinta, atau hanya mencari pengganti saja. Perasaan yang dirasakannya kini benar-benar terasa asing.

"Kalo belum tau ya, udah, sih, ga apa-apa. Nanti juga bakal tau seiring berjalannya waktu," imbuh Davira.

"Ya, udah, deh gue nyanyi aja daripada pusing!" saran Karina untuk dirinya sendiri.

Ia pun mengambil remot dan mulai memilih lagu untuk dinyanyikan.

Tok tok tok!

"Permisi!" Seseorang masuk ke ruangan mereka sambil membawa nampan berisikan minuman.

"Saya bawa minuman yang di pesan. Siapa yang pesan Chocolate Milkshake?" tanya waiter yang baru masuk itu.

"Saya yang pesan!" sahut Karina yang masih fokus dengan kegiatannya memilah lagu.

Chocolate Milkshake pesanannya pun diletakkan di depannya. Namun, seketika ia kaget dan menahan napasnya saat melihat siapa waiter itu.

"L-lah!!" ujar Karina kaget. Waiter itu mengalihkan pandangannya ke arah Karina, begitu juga dengan teman-temannya yang tadi sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Oh, yang tadi di ruang Pak Abian," ujar cowok itu.

"I-iya, gue Karina!" jawabnya gugup dan malah sedikit berteriak. Ah, sial! Cowok ini benar-benar tipenya sekali.

"Oke, Karina. Silakan dinikmati minumannya."

"I-iya!"

Setelah mengatakan itu, cowok tersebut langsung keluar dari sana.

Teman-temannya melihat Karina sambil berdecak. Apalagi saat melihat gadis itu yang sudah tersenyum manis dengan wajah yang berbinar. Ya ampun, memangnya dia baru puber apa?

"Itu cowo yang lo maksud?" tanya Davira untuk memastikan.

"Iya! Gue s-suka engga engga! Gue cinta sama dia," ungkap Karina dengan wajah yang masih berbinar. Membuat Amy dan Kaila langsung memasang ekspresi terkejut dan tak terima.

"Hah?? L-langsung mutusin cinta gitu aja? Malahan yang gue liat dia itu dingin banget sama lo!" seru Amy yang kewalahan melihat tingkah sahabatnya itu.

"Gue cuma seneng karena dia inget gue, kok! Serius!" sanggah Karina. "Lagian, nih, ya, jarang-jarang banget ada orang yang kerja jadi waiter tapi ga ramah. Gue jadi pengen liat senyuman dia semanis apa. Rasanya kek ada tantangan tersendiri gitu ga, sih, guys!" lanjutnya masih menggebu-gebu.

Sedangkan teman-temannya? Mereka hanya bisa menghela napas pasrah sambil tersenyum paksa. Seakan sedang menelan kepahitan hidup. Lebih tepatnya yang berekspresi begitu adalah Davira dan Amy saja.

"Oh, gue ngerti! Intinya tuh lo pengen liat wajah dia yang mohon-mohon minta ampun di bawah kaki lo atau wajah dia yang lagi kesakitan gitu di bawah lo, kan? Gue ngerti banget rasanya," terang Kaila dengan wajah seperti sedang memikirkan sesuatu.

Emy semakin memasang ekspresi ngeri di wajahnya. Yang benar saja, kenapa teman-temannya tidak ada yang benar satu pun?

"Iya," jawab Karina sambil menganggukkan kepalanya. "Tapi sorry, keknya lo ga ngerti sama sekali. Pokoknya untuk sekarang, gue bakal pesen minum lagi dan semoga aja Ezra yang bakal nganter lagi ke sini," lanjutnya.

***

Dan begitulah akhirnya sampai gelas ke tujuh nya habis. Ya, Karina terus memesan minum hingga gelas ke tujuh. Namun, sayangnya yang mengantar bukan lagi Ezra. Melainkan orang lain.

"Bukan dia lagi yang anter. Lo ga apa-apa? Perut lo kembung tuh kebanyakan minum," kata Kaila saat melihat ekspresi Karina yang mungkin sebentar lagi akan tumbang.

"Huweekk! G-gue ke toilet dulu," lirih Karina sambil memegangi perutnya yang sakit dan juga mulutnya agar tidak mengeluarkan cairan lain.

***

Karina menghela napasnya begitu keluar dari toilet. Namun, lagi-lagi netranya menangkap pemandangan aneh. Entah kenapa ia merasa jika pemandangan itu sepertinya sedikit berbahaya.

Ya, tak jauh di hadapannya sekarang ini, ia melihat Ezra yang sepertinya sedang digoda oleh seorang tante-tante girang. Hal itu terlihat dari wajah Ezra yang sepertinya tertekan, dan juga tante-tante itu yang semakin merapatkan dirinya dengan Ezra yang notabenenya sudah menempel ke tembok.

Dan sialnya lagi, tante-tante itu memiliki buah dada yang sangat besar.

"Kampret banget! Udah genit, punya tetek gede lagi! Ga bisa dibiarin. Crush gue lagi dalam bahaya," gumamnya pelan.

"Bener banget! Ayo, maju!" bisik Kaila yang sudah berada tepat di belakangnya.

"T-tapi gimana?"

"Gimana aja, deh. Buat alesan apa gitu," timpal Emy dan diangguki oleh Davira.

Tanpa berpikir panjang lagi, Karina pun mulai berjalan ke arah Ezra. Ia berdiri di tengah-tengah Ezra dan juga tante itu.

"So-sorry, Miss, tolong jangan goda pacar saya!" seru Karina tiba-tiba. Ah, sudahlah, ia sudah pasrah sekarang. Bisa-bisanya ia mengaku sebagai pacar. Memalukan sekali.

"Pfffttt!!"

Karina bisa mendengar suara gelakan tawa tertahan dari teman-temannya di seberang sana. Whatever! Ia sudah tidak bisa berpikir lagi.

Dan setelah diperhatikan lagi, ternyata tante-tante di hadapannya ini adalah ....

BENCONG?!

What the fuck!

'T-tapi teteknya kek asli, tuh!' ujar batinnya.

Tante-tante itu menatap Karina dengan tatapan mata yang menurutnya mengerikan. Karina sedang berpikir, apakah ia harus kabur saja sekarang sambil menggandeng tangan Ezra? Atau ia harus bagaimana?

"Eum ... bukan gitu Karina. Kayaknya dia ini orang asing dan ga bisa bahasa Indonesia," jelas Ezra yang membuat Karina membeku seketika.

"Eh?" Jadi ... secara langsung Karina baru saja mempermalukan dirinya sendiri.

"Pfffttt ... jiakkhhhaaha!" Amy sudah tak sanggup lagi menahan tawanya. Yang benar saja, tadi itu benar-benar memalukan.

"Mampus! Ternyata salah paham. Malu banget, lol," timpal Kaila yang dibalas deatglare oleh Karina.

"Ya ampun, keknya sekarang waktunya gue beraksi, deh!" ujar Davira dan mulai berjalan ke arah Karina yang berada di sana.

Dan setelah itu, Davira lah yang menjelaskan kepada si tante tadi menggunakan bahasa Inggris. Memang tidak bisa disangkal bahwa cuma Davira lah yang otaknya bekerja maksimal, tidak seperti teman-temannya yang lain.

Dan Karina?

Gadis itu bisa merasakan bahwa rohnya keluar dari mulutnya dan sudah melayang-layang di udara. Berapa memalukan sekali kejadian tadi.

***