Axel mengemas barang-barangnya ke koper, sedangkan aku merapikan rambutku dengan menguncirnya kuda menggunakan Scrunchie berwarna biru.
Sesaat kemudian, aku juga merapikan koperku, dan kami berjalan ke luar apartemen, Axel mengunci pintu apartemennya. Lalu, kami berdiri di dekat tangga dan menunggu limusin William berhenti di tempat parkir; dan sepersekian detik sebelum pukul sepuluh, limusin hitam itu berhenti.
Pintu belakang mobil yang terbentang pun terbuka dan sang pangeran melangkah keluar untuk menyambut kami. William tidak mengenakan seragam sekolahnya yang biasa; sebagai gantinya, ia memakai T-shirt merah dan celana selutut, juga sandal jepit.
"Axel! Ariel!!" panggil nya. "Sudah siap untuk berangkat?"
"Tentu saja!" jawab Axel.
"Kalau begitu, ayo kita pergi!" ajaknya. Dia menahan pintu agar tetap terbuka ketika Axel dan aku naik ke kursi penumpang.