"Senior William? Kupikir kamu ada di kafetaria sekarang."
"Ya, aku ke sana," jawabnya, dia berhenti di depanku, "tapi aku ingin memastikan bahwa kamu tidak tersesat."
"Terima kasih, Senior," kataku. "Kamu sangat baik."
"Anytime," jawabnya. Kemudian dia tersenyum, "Dan kamu bisa memanggilku Willian, tidak perlu pakai embel-embel senior, jika kamu mau. Ngomong-ngomong, kamu tidak keberatan, 'kan, jika aku menemanimu ke kafetaria?"
"Tidak masalah sama sekali, Sen— maksudku ... William," balasku.
"Kalau begitu, ayo!" ajaknya. Dia melingkarkan lengannya di bahuku.
Kami terus berjalan menyusuri koridor, tapi aku masih terlalu gugup untuk berbicara dengan William. Tapi, kemudian aku memikirkan kejadian kemarin. Apakah benar-benar ada kompetisi untuk "merayu" aku agar memilih salah satu dari mereka? Bisa jadi. Tapi karena William terlihat sangat putus asa, seperti si kembar kemarin, maka aku akan memilihnya sebagai host ku untuk hari ini.