Meli~mama Anggi nampak sedang membereskan rumahnya yang berantakan. Semenjak kematian Maya, wanita itu lebih suka menyibukkan dirinya supaya tidak teringat lagi dengan mendiang putrinya.
Setelah semua pekerjaan rumahnya beres, Meli duduk di ruang tengah. Ia bersandar di sofa depan TV. Entah kenapa bayangan Maya kembali menghampiri pikirannya. Bagaimanapun juga Maya adalah anak satu-satunya yang ia besarkan selama 22tahun. Meli begitu menyayangi Maya meskipun ia sering meninggalkan Maya sendirian di rumahnya.
"Mama..."
Suara itu terdengar menelisik di telinga Meli. Kemudian ia mendekatkan ke arah sumber suara. Ia juga mempertajam lagi pendengarannya. Siapa tahu ia hanya sedang berhalusinasi karena merasa rindu dengan Maya.
"Mama..."
Kembali suara itu terdengar dengan jelas di telinganya. Meli mengelus tengkuknya yang dingin. Bulu kuduknya jadi merinding. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu bangkit dari tempat duduknya.