Dua pria dengan dua watak yang berbeda. Keduanya kompak termenung memikirkan wanita yang sama.
Walau belum dinyatakan gagal, tapi mereka mulai mendekati kata itu.
"Rio,"
"Lion,"
Tegur keluarga mereka bersamaan. Mereka hanya terhalang dinding beton. Tapi problem yang mereka alami sama saja.
Isi kepala mereka juga tidak jauh berbeda. Wanita yang selama ini ingin mereka jaga.
Keduanya kompak menoleh, menatap wajah manusia yang selama ini membesarkan mereka.
Wajah yang mulai renta. Ada kerutan yang tampak di keningnya. Tapi...
"Rio mau keluar sebentar. Rio butuh waktu sendirian," ucap Rio pada Papanya.
Dia ingin keluar dari ruangan sumpek ini. Dia ingin mencari udara segar walau sebenarnya udara malam tidak baik untuk dirinya.
Tapi, hanya dengan menikmati malam yang mencekam dia bisa meregangkan saraf-saraf di kepalanya.
"Papa temenin," sahut Papa Rio.
Dia beranjak berdiri hendak mengambil kursi roda yang ada di samping kiri ranjang Rio.