Sekelompok manusia melewati hutan lebat dengan cahaya matahari yang minim, apalagi karena sebentar lagi matahari akan tenggelam. Sekelompok manusia itu tempaknya tengah mengawal seseorang yang ada dalam kereta kuda yang sangat indah dan mewah. Kemungkinan kereta mewah itu milik keluarga kerajaan. Selain kereta kuda yang mewah itu, ada beberapa pria berkuda dengan persenjataan yang lengkap juga beberapa yang tak berkuda alias berjalan kaki.
Hutan yang mereka lewati teramat luas, sehingga tak dapat melewatinya dengan cepat. Hari pun semakin gelap, mentari mulai hilang menyisakan sedikit kegelapan dengan langit semburat merah. Pepohonan di hutan ini pula teramat besar dan sangat rindang, tentu saja dipenuhi oleh semak belukar yang tumbuh subur di hutan ini. Tak tertinggal berbagai hewan berkeliaran di sana, menjadi tempat ini sangat cocok untuk tempatnya tinggal.
"Tuan Putri Cerllynda, apakah kita akan menginap malam ini di hutan ini Tuan Putri, perjalanan kita masih terlalu jauh untuk tiba di Kerajaan Carvandalle," ucap salah satu pria dewasa yang berkuda menghampiri kereta kuda tuannya yang tirainya kala itu tengah terbuka.
"Tentu saja. Carilah tempat yang nyaman untuk bermalam!"
"Baik Tuan Putri!" Pria itu kembali menemui orang-orang lainnya yang memang berada di belakang kereta kuda tersebut, berbicara dengan mereka semua jika mereka akan bermalam di dalam hutan.
Sesaat kemudian kereta kuda itu berhenti. Seorang gadis dengan gaun berwarna hijau muda turun dari keretanya. Menyeret kakinya menjauhi keretanya dan melihat ke sekeliling hutan yang teramat lebat itu.
"Bukankah di dalam hutan, malam seperti ini sangat rentan dengan bandit," ucap salah satu prajurit kepada temannya yang lain.
"Aku dengar pun demikian. Tapi kita terlalu larut jika harus terus berjalan. Kita hanya perlu melindungi Tuan Putri Cerllynda hingga tiba di kerajaan." Mereka mengangguk bersamaan. Bagi mereka, melindungi Putri Mahkota Kerajaan Carvandalle adalah segalanya.
Gadis yang tak lain seorang putri itu mendengar percakapan penuh kecemasan para pengawalnya. Dia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara hutan yang segar dan dengan perlahan menghembuskannya. Dia melihat para pengawalnya itu mendirikan tenda untuknya.
"Apakah seharusnya tidak bermalam dan terus berjalan," gumamnya dengan pelan. Angin dingin terus menerpanya, menggerakkan rambut pirangnya yang memang dibiarkan tergerai begitu saja. Mata birunya dangat jernih melihat ke berbagai arah.
Perlahan mata birunya yang jernih itu menyala, dia melihat sesuatu dari kejauhan. Tubuh yang menyerupai manusia, besar dan membawa senjata, tak tertinggal dengan mata merah menyala. Tidak dalah lagi jika mereka adalah pasukan bandit.
"Semuanya! Batalkan bermalam dan kita harus cepat pergi dari hutan ini. Berkemaslah dan bergegas! Cepat!" titahnya dengan sangat tegas, membuat semua pengawal itu segera mengemasi tenda yang hampir selesai itu dan menaiki kudanya masing-masing. Pasti ada sesuatu yang dilihat tuannya.
Putri Cerllynda memang memiliki mata yang indah berwarna biru laut yang sangat jernih. Mata yang tak lain keturunan ibunya itu dapat melihat banyak hal dalam jarak yang sangat jauh sekalipun.
Putri Cerllynda segera kembali masuk ke dalam keretanya dan kali ini menutup tirainya. Sekelompok manusia itu terus berjalan dengan terburu-buru sebelum malam semakin larut dan gelap. Hanya dengan obor yang mereka bawa sebagai penerang jalan mereka semua.
"Lebih cepat!" titah Putri Cerllynda kepada sang kusir. Pria yang tengah memacu kudanya itu mempercepat laju kuda yang kini menjadi setengah berlari yang tentunya diikuti pengawal lainnya dari belakang dengan cepat.
Namun, ternyata usahanya untuk keluar dari hutan ini tak dapat dilakukan dengan waktu singkat. Para bandit bertubuh menyeramkan itu muncul di depan mereka semua dengan gigi taring yang keluar siap melahap para manusia sebagai makanan malam mereka.
Para manusia itu menghentikan kudanya dengan sangat mendadak, sehingga membuat semua kuda itu seakan berteriak dan memberontak pada tuanya. Wajah panik dan ketakutan terlihat dari wajah mereka semua. Apalagi para bandit itu sudah melangkah mendekat dengan lidah yang menjulur dan menjilati area bibirnya hingga basah.
"Ini adalah kali pertama aku melihat bandit. Tuhan, tolonglah kami." Putri Cerllynda terus berharap.
Kini para pengawal sang putri maju ke depan keretanya dengan senjata yang terhunus ke depan bersiap untuk melindungi sang putri. Para bandit itu tampak tersenyum iblis melihat wajah ketakutan para manusia di depannya itu. Mereka mengangkat senjata dan siap memangsa para manusia. Genjatan senjata terjadi antara manusia dan bandit.
Sedangkan sang putri yang khawatir akan keselamatan pengawalnya berusaha keluar dari kereta, tetapi tak pernah berhasil, pengawal yang menjaga dekat kereta tak membiarkan sang putri keluar dri kereta.
Ternyata kericuhan ini malah mengundang banyak bandit. Mereka semua keluar dari persembunyian dan mengelilingi sekelompok manusia yang ketakutan itu. Putri Cerllynda menghela napas kasarnya. Dia terlalu bingung harus melakukan apa, dia seakan tertahan oleh pengawalnya sendiri untuk tidak keluar dari kereta.
"Astaga, kenapa mereka semakin banyak," gumam Putri Cerllynda yang seakan kini tengah meratapi kematiannya di tangan makhluk yang menyeramkan itu.
"Haaaaaaa!" Suara berat yang berasal dari para bandit itu mulai menyerang dari berbagai arah siap menerkam seluruh manusia yang ada di depannya. Jumlah para manusia kalah jauh dengan bandit yang seakan kini memenuhi seisi hutan tersebut. Pengawal sang putri pun sudah mulai berguguran satu persatu, bandit memang cukup kuat untuk manusia.
"Tetap di dalam Tuan Putri!" Tidak, kali ini Putri Cerllynda memaksa keluar dan tak mendengarkan suara yang terus memperingatinya untuk tetap berada di dalam kereta kuda tersebut.
"Aku tidak akan membiarkan pengawalku mati di tempat ini!" Mata biru Putri Cerllynda menyala, melihat seluruh bandit yang kemungkinan berjumlah kurang lebih 1000 bandit. Sangat menyeramkan memang, tapi dia harus melawan agar dapat melindungi kelompoknya dan terbebas dari mereka semua.
Putri Cerllynda yang memang sedikit gentar dengan apa yang dilihatnya, berusaha berani dan meraih pedangnya untuk menebas para bandit itu.
"Tuhan, tolong aku untuk mengalahkan mereka dan keluar dari hutan ini," lirih Putri Cerllynda yang kini sudah menarik pedangnya dari serangkanya, menggerakkannya dengan perlahan, menghunuskannya ke depan sana.
"Aku tidak akan biarkan kalian memusnahkan pengawalku!!!"
Putri Cerllynda yang cantik nan anggun itu terjun ke tengah-tengah pertempuran dan menebas para bandit yang mendekatinya. Dia bukanlah, gadis pemberani dan memiliki kemampuan bertarung. Tapi, bagaimanapun dia harus dapat melindungi dirinya sendiri.
Napasnya mulai tersenggal-senggal, dia kewalahan dengan jumlah bandit yamg seakan tak pernah berkurang itu.
"Tuan Putri awas!" Pria yang tak lain adalah pengawalnya itu berteriak sekalaigus menyelamatkannya, menebas bandit yang hampir membunuhnya.
"Akhhhhhhh!" teriak Putri Cerllynda yang mendapat serangan bandit, mengenai bagian atas lengannya hingga darah bercucuran dari luka tersebut. Darah segar tercium semakin pekat di hidung para bandit yang tak punya ampun dan hati itu.
"Tuan Putri! Anda terluka!" pekik pengawal di dekatnya dengan panik. Dia sendiri menebaskan pedangnya pada para bandit yang berusaha mendekati sang putri.