***
Ia tidak datang ke istana.
Seharian penuh Evan menunggu kedatanngan Sophie, tetapi hingga petang tiba, tidak ada tanda-tanda dia telah muncul ke istana.
Evan berdiri di depan pintu istana kepresidenan, memakai mantel berbulu untuk melindungi tubuhnya dari rasa dingin. Pandangan pemuda itu menatap lurus ke depan, ke tempat yang penuh cahaya yang mulai tertutupi salju putih yang tebal.
"Mungkin esok hari dia akan datang," gumam Evan, menghela napas sambil memasukan kedua tangan ke dalam saku mantel miliknya.
Kondisi istana semakin sepi dan sunyi, pemuda itu mulai membalikan tubuh dan melihat dengan sendu tempat yang ia panggil rumah. Petang itu, tidak ada siapa pun yang ada dan menemani pemuda tersebut. Suasana begitu kosong seperti rumah tak berpenghuni.
Evan memilih untuk kembali berjalan masuk ke dalam istana seorang diri. Pintu istana tertutup sambil kedua telapak tangan Evan terus digosok untuk menciptakan kehangatan dari gesekan tersebut.