Rania dan Dhea pulang bersama Boy, Rania yang hendak mengantarkan Dhea pulang sendiri merasa tidak tega, lebih tepatnya tidak bisa jauh dari Rania sedikitpun. Sehingga dia menawarkan untuk mengantar Dhea pulang sekalian.
"Perlu ke rumah sakit?" tanya Boy saat dia sendang mengemudi.
"Tidak, pak." Dhea menggelengkan kepalanya.
"Lo kenapa harus ribut sama mereka?" tanya Rania.
"Gue gemes, Ran. Aku sih niatnya diam. Tapi pas lihat dia keluar dari lift darahku naik seketika," jawab Dhea.
"Harusnya kamu kayak Dhea, kalau nggak suka langsung hajar, kalau ada yang bully langsung sikat," sahut Boy yang mengendarai dengan kecepatan sedang.
"Pak, Boy. Bisa saja," kata Dhea.
"Saya sering lihat dia kalau kerja ngelamun, daripada di buat ngelamun mending buat kasih pelajaran orang-orang itu kan," ucap Boy.
"Pak boy, kalau begitu kayak teman sendiri rasanya," sahut Dhea.
"Sudahlah, Dhe. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Rania untuk mengalihkan pembicaraan.