Sepanjang jalan menuju kantor, Rania hanya diam.
"Kamu kenapa?" tanya Boy dengan khawatir.
"Kamu keberatan nggak sih kalau aku ajak bi Sumi dan kak Tono makan bareng satu meja?" tanya Rania.
"Awalnya sih agak gimana gitu, tapi setelah merasakan makan bersama mereka, rasanya hangat. Sangat lama aku tidak makan bersama dengan keluargaku," kata Boy.
"Kita harus sering kunjungi papa sama Mama," sahut Rania.
"Iya," Boy setuju dan meraih tangan Rania. Di kecup tangan Rania.
Saat sesampainya di depan kantor Rania melepaskan tangannya dari genggaman Boy.
"Kenapa sih kamu nggak mau publikin aja?" tanya Boy.
"Belum saatnya, aku menunggu perusahaan ini benar-benar bangkit, aku tahu perjuangan papa kamu dulu. Jika mereka mengetahui kamu menikah dengan seorang asisten, apa yang ada di pikiran mereka nanti," jelas Rania.
"Aku tidak peduli, karena aku tidak suka jika ada harus berjauhan denganmu," kata Boy.
"Bukankah aku selalu bersama kamu kemana pun kamu pergi?" tanya Rania.