Wanita itu mengusap air mata Jovan yang masih saja turun melewati pipinya. Menatap lekat setiap lekuk wajah Jovan seakan hari esok tidak akan mempertemukan mereka kembali.
"Wajahmu sangat buruk saat ini, kamu tidak cocok menangis seperti ini. Tugasmu menghiburku, jadi untuk bagian menangis biar menjadi tugasku."
***
Setelah mengantar Lilyana pulang ke apartemen juga membelanjakan makanan untuk kekasihnya, Jovan kembali ke rumahnya. Jantung pria itu berdebar, ia tidak tahu bagaimana reaksi anaknya nanti saat melihat ia pulang.
Pria itu langsung berjalan ke arah ruang kerjanya, membuka pintunya dengan pelan. Namun betapa terkejutnya saat ia melihat anaknya sedang duduk di meja kerja sembari menatap ke arah laptop sang ayah, sebuah layar datar yang menampilkan foto-foto kebersamaan Jovan dengan Lilyana.
Jovan mendekat, pria itu berusaha memegang bahu anaknya namun ditepis oleh Vero dengan gerakan kasar.
"Maafkan Papa, Ve. Papa tidak tahu harus bagaimana lagi."