Lavanya membiarkan Kenzi untuk menghabiskan kata-kata yang ada di dalam benaknya, itu tidak masalah. Namun, jika sudah selesai, barulah dirinya yang harus didengarkan, karena ada banyak penjelasan yang harus diungkapkan sekarang juga.
[Kenzi, apa kamu sudah selesai berbicaranya?] tanya Lavanya dengan nada suara yang datar.
Kenzi gelagapan saat mendengar suara dari Lavanya yang secara tidak langsung untuk berhenti mengomel. Ia berdehem cukup keras agar bisa menetralisir perasaan yang berdebar tidak karuan ini.
[Sudah! Memangnya kamu ingin berbicara apa, cepat katakan.] Kenzi bersikap sok ketus, padahal mah dalam hati ingin sekali berbicara seperti bisanya, lembut dan romantis.
Lavanya menarik napas panjang sebelum menjelaskan semuanya. [Aku rasa kamu sekarang sudah salah paham, Zi. Lelaki tadi bukanlah kekasihku, dia ... itu-]