Alvin berbicara begitu indah di telinga Lavanya, sayang saja tidak akan berarti apa pun di hadapan perempuan tersebut. Karena dalam hatinya selalu saja terbayang tentang seseorang yang belum kunjung bisa untuk dilupakan semudah itu, entah kapan semua itu mulai dilepas.
"Va, kamu beneran suka makanan itu?"
"Iya, bisa dibilang ini adalah makanan yang sudah menjadi favorit untukku, sungguh!" ucap Lavanya, sembari menikmati makanan yang ada di hadapannya ini. "Makanya, aku itu terkejut sekali pas kamu memesankan menu ini. Bisa tahu dari mana, Vin?"
Alvin membenahi kerah kemeja yang tengah digunakan olehnya, dan mengibas debu yang menempel dengan gaya sombong. "Alvin gitu loh, apa sih yang tidak aku tahu tentang kamu, Va?"
Lavanya terkekeh pelan sembari menggeleng. Ia tidak habis pikir dengan segala tingkah konyol dari sahabatnya ini, benar-benar bisa membuatnya tertawa kembali.