"Va, jika lelaki itu masih saja suka mengungkit apa masalahnya ... pasti luka yang dikasih sama temen kamu itu besar sekali, dan sepertinya dia sendiri belum terima atas hal itu," terang Alvin dengan mengangguk penuh percaya diri.
Lavanya sekarang jadi mulai berpikir, 'apa kemarin hari Delvin merasakan kesakitan yang begitu, sampai detik ini belum kunjung melupakannya? Lebih tepatnya luka yang pernah ditorehkan olehnya?'
Dalam hatinya selalu berbicara hal yang bertolak belakang, dengan apa yang ada di dalam pikiran.
Ketika Lavanya selalu ingin berhenti untuk mencintai Delvin, tapi hati mengatakan tidak semudah itu untuk berpaling darinya.
"Vin, apa yang kamu katakan itu benar? Ah iya, aku ingin bertanya lagi, kenapa temanku itu tidak mendapatkan satu kesempatan saja untuk membuktikan jika yang dilakukannya tidak sengaja?Apa tidak ada kesempatan untuknya?" Lavanya kembali mengeluarkan pertanyaan pada Alvin yang sekarang terkekeh pelan.