"Kenapa bisa sih dia juga ikutan berkhianat sama kita, Kak? Aku masih tidak habis pikir dengan semua kejadian ini," keluh Putri, merasa kesal.
Tidak bisa dipungkiri, kalau mereka semua merasa kesal dengan segala hal yang belakangan ini terjadi. Baik itu, Delvin ataupun Putri.
"Sudahlah, Dek, lagian semua itu masa lalu juga kok," ucap Delvin, tersenyum tipis. "Lebih baik sekarang kamu bantu Kakak untuk membereskan semua barang-barang yang ada di dalam kamar, mau tidak? Atau, kita makan saja dulu? Kamu pasti merasa lelah dan lapar, bukan?"
Delvin beranjak, dan membantu Putri untuk bangun dan meninggalkan kamar milik Agung itu. Mereka pergi menuju dapur yang terdapat banyak makanan di sana, beruntungnya semua sudah terhidang di atas meja.
Delvin menarik bangku, dan menyuruh Putri untuk duduk di sana. Sedangkan, dirinya mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah untuk mencari sosok ayahnya yang tidak terlihat di sekitar sini, entah ke mana lagi perginya.