Lavanya mengangkat bahunya tak acuh. Ia sangat tidak perduli dengan perkataan Ilona yang menyuruhnya tidak boleh berpikiran buruk tentang Putri, seorang anak pembunuh itu.
"Apa pun yang kamu katakan, Dek." Lavanya tidak tertarik untuk mengatakannya. "Bagaimana denga persiapan pernikahanmu itu, Dek? Apa segalanya sudah dipastikan? Jangan sampai ada satu hal yang kurang, itu hari spesial untukmu juga Delvin."
Ilona tersenyum tipis. "Kak, tenanglah. Semuanya sudah dipastikan akan berjalan dengan lancar, dan lagi kami juga sudah beberapa kali mengecek agar bisa sesuai dengan catatannya."
"Syukurlah." Lavanya menghela napas panjang. Seiring, salah satu pelayan datang pada meja mereka untuk mengantarkan beberapa camilan yang sempat dipesannya. "Kamu bilang, dia sudah mulai bekerja di kantor itu? Bagaimana kalau setelah ini kita bertemu dengannya?".