Bunga menghampiri Delvin, dan berdiri tepat di sampingnya. Tangannya terulur untuk menyentuh kepala lelaki itu, untuk dibelainya dengan lembut.
Kala matanya melihat keadaan dari Delvin, hati terasa teriris perih. Bukan anaknya, tapi ketika mendapati keadaannya tidak seperti dengan apa yang di dalam bayangannya, tentu saja merasa kasihan.
"Nak, benar kata Lavanya, masa lalu itu sudah lewat. Sekarang kamu harus fokus dengan kesembuhan ini dulu, nanti kalau sudah boleh pulang ... biar sama Tante, jangan ke rumah dulu, tidak akan aman di sana," ucap Bunga, dengan lembut juga penuh kasih sayang. "Kamu paham, kan?"
Delvin mengangguk lemah. Ia tanpa sadar memejamkan matanya, belaian lembut ini mengingatkan tentang masa kecilnya dulu yang sering mendapatkan perlakuan serupa. Hanya saja, entah kenapa beranjak dewasa semuanya berubah tiba-tiba.