Lavanya mendengkus kesal ketika mendapati Kenzi yang berbicara benar. Tetap saja, waktu dulu ia selalu merasa kesepian sebagai anak tunggal, ditambah lagi sempat mengalami kehidupan yang kacau.
Memang benar, perjalanan pahit pasti akan membawakanmu pada satu tempat yang dipenuhi oleh kebahagiaan, seperti sekarang contohnya. Lavanya merasa beruntung saat bertemu dengan Kenzi, lelaki yang tidak memandang banyak hal dari dirinya. Termasuk masa lalu.
"Sayang, ayo turun." Kenzi sudah sampai pada rumah Lavanya ini. Melihat istrinya yang sedari tadi terdiam begitu saja, tanpa berniat beranjak, membuatnya terpaksa menegur.
Lavanya yang mendengar Kenzi mulai mengeluarkan suara, segera menoleh ke samping. "Ada apa, sayang?"
"Kita sudah sampai, kamu masih ingin diam di situ?" tanya Kenzi, dengan alis terangkat naik.