Eva menggeleng pelan. Ia bahkan tidak tahu apa pun tentang orang yang dimaksud oleh Putri itu. Lelaki dingin? Apa maksudnya seperti suku hawai?
"Memangnya siapa yang kamu maksud itu, Put?" tanya Eva, terlalu santai dengan atasan barunya ini.
Dan Putri pun tidak mempermasalahkannya, sebab sudah dianggap sebagai sahabat sendiri.
Putri tersenyum dengan kedua tangannya yang dijadikan sebagai tumpuan kepala. Ia terlihat seperti orang gila karena mencintai dalam pandangan pertama. sebentar, apa mungkin dirinya sudah jatuh cinta?
"Dia lelaki yang benar-benar handsome!" Putri berseru dengan mata terpejam, membuat Eva hanya menggeleng saja. "Eva, katakan sekarang aku harus apa? Perlukah kita mendatangi seorang dokter untuk kali ini?"
Eva terkejut ketika mendengarkan usulan konyol dari Putri. "Apa? Dokter? Untuk apa datang ke sana? Ya Tuhan!" Ini masuk ke tahap tekanan batin yang sesungguhnya.