Sedangkan di lain tempat, Ilona murung seharian penuh hanya karena memikirkan tentang Delvin. Ia merasa menyesal dengan segala keputusan yang sudah diambilnya, tidak tahu jika konsekuensi pada akhirnya akan seperti ini.
"Aku mengira semua ini adalah hal yang terbaik, tapi kenyataannya aku sendiri yang kini tersiksa!" Ilona berkata lirih dengan air mata yang terjatuh pada pelupuknya.
Teringat pada kejadian di satu malam, di mana dirinya sedang duduk pada salah satu kursi teras dan mendapati seseorang yang dikenalnya mendekat dengan senyum mengerikan.
***
Ilona duduk di salah satu kursi, membaca buku novel kesukaannya. Terlalu larut dalam alur cerita yang dibangun hingga tidak sadar dengan seorang di sampingnya.
"Hay, Ilona!" sapa suara itu yang membuat Ilona akhirnya menutup bacaan novelnya tersebut. Ia mengernyitkan kening dan tersenyum ketika menyadari cukup mengenal baik orang itu.
"Ibunya Delvin?" tanya Ilona yang dibalas anggukan ringan.
