Beberapa minggu setelah pengenalan Putri pada seluruh karyawan kantor, Delvin sudah siap untuk berangkat menuju negara yang akan menjadi masa depannya kelak.
Di rumah Delvin, Putri terus saja memanyunkan bibirnya dan enggan untuk menemui kakak lelakinya tersebut. Ia tidak menyangka jika secepat ini berpisah dengannya, mengingat hanya beberapa minggu saja kebersamaan mereka.
"Dek, kamu tidak ingin gitu mengantarkan Kakak ke bandara?" tanya Delvin yang mengambil duduk tepat di samping Putri.
Keberangkatan memang masih cukup lama, dan tentunya sekarang memiliki waktu untuk membujuk adiknya agar tidak marah pada dirinya.
Putri menggeleng pelan dengan air mata yang lolos dari sana. "Kakak benar-benar jahat sekali! Putri udah bela-belain loh buat pulang ke Indo dan menetap di sini, taunya malah sekarang Kakak yang pergi," rajuk Putri yang membuat Delvin tertawa renyah.