Ilona masuk ke dalam rumah dengan langkah terburu. Ia ingin sekali memasuki kamarnya, mengunci diri di sana, sekaligus untuk merenungi kenapa sikap Delvin berubah drastis kepadanya.
Sebut saja dirinya egois, karena memang selalu berharap jika Delvin tetap mencintainya dan bersikap baik padanya. Namun, ketika teringat jika Ilona sudah mematahkan hati, itu menjadi tamparan keras baginya.
"Baiklah, mungkin ini semua salahku, tapi apa iya kalau semuanya adalah karena aku?" tanya Ilona di dalam batinnya. "Bukankah awal permasalahan kita karena orangtuanya itu yang tidak memberikan restu pada kami? Lalu, kenapa hanya aku yang diperlakukan seperti ini?"
Sejujurnya, dalam hati Ilona masih ada tentang Delvin. Nama itu terpahat sempurna di sana bahkan tidak ada yang tahu kalau itu sama sekali tidak akan terganti, hanya demi jauh dari orang yang dicintainya hingga berani membuat rencana seolah tidak ingin lagi hidup bersama.