Kami kembali ke dalam kuil dan melihat apa yang terjadi dengan Vie, ada kemungkinan dia akan kehilangan nyawanya saat sihirnya terisap ke dalam tubuhku.
Oasis berlari sekencang mungkin menuju kamar Vie.
"Nona, bagaimana dengan Vie?" tanya Oasis.
"Siiiih! Diam! Dia sedang tidur!" bisik Safira.
Entah kenapa saat melihat wajah Vie yang tertidur hatiku sedikit tenang walau dengan napas yang tersengal-sengal.
"Akhirnya aku tidak membunuh manusia yang aku kenal, lagi." Begitulah yang kau pikirkan saat melihat wajahnya.
"Hera!" panggil Safira.
Lamunanku bubar saat dia menjentikkan jari di depan wajahku.
"Ada apa?" tanyaku.
"Apa yang kau pikirkan? Dia tidak mati! Wajahmu terlihat sangat sedih. Ikut denganku!" jawab Safira.
Aku mengikuti Safira menuju perpustakaan, karena sedikit panah aku melonggarkan pakaianku agar dadaku tidak terapit dengan kain Scenef.
Dia pergi ke meja yang di atasnya terdapat kotak yang mencolok. Dari dalam dia mengambil sebuah kalung batu berwarna hijau.