Tiga hari berlalu di dalam ruangan tertutup dengan tulisan Elf yang selalu hadir di setiap kerta yang aku pegang. Bunyi tanah yang sering aku dengar tak lagi berbunyi.
"Sepertinya mereka telah menyelesaikan ladangnya, setidaknya aku ingin melihat bagaimana bentuknya," batinku.
Saat Safira lengah aku mengendap-endap untuk memantau bagian luar. Aku pun mencari celah agar dapat melihatnya hingga akhirnya aku membuka jendela dengan perlahan.
"Hmm, aroma tanah yang segar! Eh? apa ini?"
Bukan tanam yang indah di hiasi bunga yang aku lihat melainkan liang-liang kuburan yang siap di dalamnya dengan peti mati dan bunga.
"Emmm! Hera, apa kau di sini?" panggil Safira.
Dengan cepat aku menutup jendela dan menghampirinya dengan wajah tenang.
"Ada apa?" tanyaku.
"Bagaimana dengan belajarmu apa sudah membuahkan hasil?" tanya Safira yang masih mengucek mata.
Aku mengambil buku hitam itu dan menunjukkan ke Safira.