Saat pagi aku memutuskan untuk berjalan-jalan melihat pulau apung yang beraneka ragam warnanya. Pulau pertama yang aku singgahi adalah pulau yang di penuhi dengan sawah.
Tapi saat aku melihat tempat itu tak ada satupun dari bibit padi yang besar semuanya masih dalam proses penumbuhan. Kemudian seorang Kakek tua datang menghampiriku dengan menyuguhkan seikat bibit padi.
"Apa ini hasil dari tempat ini?" tanyaku dia tersenyum dan mengajakku untuk duduk.
Saat kami duduk bersampingan dia terus menatap sawahnya yang sangat hijau.
"Apa kau tahu? Tempat ini adalah akar dari pangan kami, jika bibit-bibit ini tidak tumbuh dengan subur mungkin kami akan mengalami krisis makanan yang cukup serius," ucapnya.
Aku pun melihat bibit yang ada di tanganku dan menunjukkan ke arah Kakek itu dan menghancurkannya dengan sihir hitam.
Matanya menyalang dan melihatku dengan tatapan takut namun dia masih berusaha tenang.
"Hanya itu yang bisa aku lakukan," jawabku dengan menunggu reaksi lucu darinya.