Bunyi trompet mulai terdengar, sambutan meriah dengan petasan berwarna-warni menghiasi landasan kami. Di balik sang pria berotot itu terdapat seorang wanita muda yang sangat cantik dengan tubuh yang sangat aduhai.
"Ibu!" teriak Magenta.
"Ibu? Ternyata dia bukan kakaknya," batinku.
Aku menurunkan Teresa tapi aku tidak ingin menyentuhkan kakiku di pulau tersebut. tatapan pria itu seakan mengatakan 'Tunjukkan siapa dirimu sebenarnya!'.
Saat ini aku menyamarkan warna rambut dan menyembunyikan permata di keningku.
"Siapa kau sebenarnya wanita bermata kelam?!" tanya Pria besar itu.
"Ayah dia—"
"Diam!" teriaknya menggelegar. "Aku tidak bertanya padamu!"
Para pasukan mulai mengepungku.
Di setiap pulau terdapat sebuah tali yang menyambung antara satu pulau dengan pulau lainnya. Udara serta daratan telah di penuhi dengan pasukan yang siap menyerangku.
"Kau datang sebagai anugerah atau ancaman?" kecamnya.