Suara keriutan perut mulai terdengar jelas di gendang telingaku. Aroma daging yang menggugah selera mulai menarik nafsu makan yang sedang kelaparan.
"Hah! Aroma harum apa ini?!" teriakku terperanjat.
Ternyata Timoti sedang memanggang beberapa tupai yang telah di samak dan di bakar, dan beberapa daging yang di jadikan sup untuk menghangatkan tubuh kami.
"Timoti, aku sayang padamu!" ucapku spontan.
Namun Timoti justru memalingkan wajahnya dan menyuguhkan semangkuk sup hangat untukku. Rasa sup yang mulai masuk ke dalam mulutku mulai memanjakan lidahku.
"Hmm, ini sempurna," pujiku padanya.
Namun Timoti tidak kunjung menolehkan wajahnya padaku. Rasa canggung mulai memenuhi pagi kami sejujurnya rasa masakan Timoti benar-benar membuatku bahagia.
Setelah makan kita mulai mendiskusikan misi selanjutnya. Aku berusaha menjauhi Timoti agar dapat berbicara pada Lavanya dan Black Pearl.
Rasa khawatir akan terbongkar rahasiaku sedikit menghantui.