"Kucing putih sebaiknya kau bersikap baik pada masterku!" ancam Molniya dengan menatap tajam.
"Oh pantas saja kucing oren sepertimu memiliki mata yang sama dengan mastermu!" balasnya.
Aku masih bingung dengan mata yang di maksud oleh singa putih itu. Tatapannya semakin tajam padaku dan tiba-tiba dia menghilang dan sudah berada di depanku.
Karena terkejut aku menepis tangannya tapi kejadian yang sungguh mengubah keadaan menjadi horor adalah hanya dengan menepis tangan singa putih itu patah.
Aku menatap heran mataku. Pikiran untuk memastikannya kembali membuat tubuhku ingin mencobanya, dengan meluruskan tangan dan jariku aku mengayunkannya ke tanah dengan kuat.
Graaak!
Ayunanku membelah rumah itu dan tanah di bawahku hingga sedalam mata memandang tak sengaja aku juga melihat lahar yang keluar dari bawah tanah.
"Ke— kekuatan apa ini?"
Aku menjauhkan wajahku dengan telapak tanganku tapi dia tidak mau menjauhiku. Percobaan kedua, aku akan menyatukan tanah ini kembali.