"Mas , kamu kenapa?"
Aku bergegas menghampiri tubuh Mas Rivan yang berjalan terseok, terdapat luka di salah satu kakinya, hingga mengeluarkan darah segar yang mengalir.
"Tadi Mas habis kena nasib,Untung saja Mas tidak jadi nabrak orang, tapi ya itu, mas terjatuh."
Mas Rivan tampak meringis menahan sakitnya.
Aku memapah lelaki itu masuk, membantunya untuk duduk di sofa tamu, lalu kuambil air hangat untuk membersihkan lukanya.
"Au, sakit, "
Laki-laki itu memegang tanganku, hingga pandangan kita menyatu. Aku seakan tersengat listrik, yang membuat jantungku berdetak lebih cepat, hatiku bagai gemuruh merasakan sentuhan serta pandangan seperti ini. Ya Tuhan, perasaan apa ini?
"Eh, maaf Mas." Aku menarik lenganku, dan kembali membasuh lukanya dengan air hangat. Menyeka darah itu agar tidak terus mengalir.
"Has. Kamu menangis?"
