Ranti menghela napasnya. Mencoba menekan sakit yang kian terasa.
"Menuduhku sudah mengguna-gunai Abang sehingga tak ingat mereka lagi ... hanya karena Abang tak lagi royal memberikan uang pada mereka? Harusnya mereka sadar jika Abang tak lagi bekerja. Tak lagi memegang jabatan seperti dulu. Tak lagi mampu memfasilitasi mereka seperti yang mereka mau. Harusnya ... mereka mengerti dengan kondisi Abang saat ini. Bukan lantas menuduhku berbuat keji seperti itu!"
Ranti diam. Bahkan tak merespon saat suaminya itu memeluknya dari belakang. Pandangannya tetap lurus, menatap kejauhan.
"Sehina-hinanya aku ... tak akan aku berbuat syirik seperti itu. Dukun ... sosok yang Insya Allah tak akan aku temui di sepanjang hidupku, Bang. Kalau kamu berubah, itu karena pintaku pada-Nya. Karena doa tulusku di atas sajadah. Karena lirih tangisku di sepertiga malam. Karena niatku untuk membuat hidup kita lebih baik."
Ranti kembali mengusap wajahnya, menyapu air mata yang tersisa.