Sampai di kamar, aku menarik napas panjang saat merasa pasokan oksigen di dalam dadaku terasa semakin menipis.
Ya Tuhan!
Hampir tak bisa dipercaya, saat adik yang dulu kerap bermain masak-masakan bersama, dan tak jarang bertukar baju bahkan sampai kami sama-sama menginjak usia remaja, kini telah berubah 180 derajat.
Apa yang membuatmu jadi seperti ini, Lira?
Kenapa sekarang aku seperti dianggap seperti musuh dan pesaing olehmu?
Ke mana perginya Lira yang dulu? Ke mana?
Aku yang tak kunjung dapat memejamkan mata, tergerak hati mengotak-atik ponsel sekedar untuk mencari hiburan.
Besok pagi tak ada jadwal kuliah, bukan masalah jika aku begadang sekali-sekali.
Begitu membuka aplikasi WhatsApp, aku dibuat terperangah ketika melihat Resti terlihat aktif dua menit yang lalu.
Apakah dia sama sepertiku?
Tak juga bisa tidur sampai waktu hampir memasuki tengah malam seperti ini?
"Belum tidur, Res?" tanyaku saat aku nekat meneleponnya malam-malam begini.