" Apa yang harus aku lakukan ? " tanyanya pada para pelayan. Farel meminta untuk menunggu, tapi tanpa kepastian.
"Kalian para koki tidak ada yang bisa memasak spageti buatan Antonio?"
"Aku tidak mungkin membatalkan pesta ulang tahunnya. Restoran kita pasti akan kena dampaknya." Maya bertanya lagi pada para koki "Kenapa kalian tidak mencoba dulu untuk membuatnya?"
Ketika koki memandang Maya seakan-akan Maya sudah kehilangan akalnya.
"Aku tidak bisa melakukanya " kata salah seorang koki.
"Apakah mbak tahu bagaimana sifat bos menyangkut makanan buatannya? tidak ada seorang pun berani lagi pula, kami tidak mau kena risiko dipecat."
"Jadi, maksud kalian aku harus membatalkan seluruh pesanannya?" kata Maya kesal.
Para koki mengangguk, diikuti para pelayanan. Maya tampak putus asa."Jangan dibatalkan " kata Dinda tiba-tiba "kalau para koki tidak mau memasak nya, saya yang akan memasakannya"
Semua memandang Dinda tidak percaya, termasuk Maya.
"Kau bisa memasak spageti bolognese seperti kepunyaan Farel?" tanya Maya bingung.
Dinda mengangguk. "Saya sudah mecobanya beberapa kali dirumah, hasilnya tidak beda dengan kepunyaaan Farel" para pelayan lain tercengang mendengar keyakinan yang diungkapkan Dinda.
"Bagaimana kalau sekarang saya masak satu porsi," saran Dinda. Lalu mbak Maya bisa mencobanya terlebih dulu kalau masakan saya sama dengan kepunyaan signor, maka saya bisa memasak yang sama untuk tiga puluh orang berikutnya, tapi kalau rasanya beda mbak bisa memutuskan untuk membatalkan pestanya.
"Kau yakin kau bisa melakukannya ?" tanya Maya sekali lagi.
Dinda mengangguk. "Saya yakin."
"Kalau begitu " kata maya optimis,
"Silahkan kau gunakan dapurnya"
Dinda tersenyum dan bergegas menuju dapur, lalu mulai mengisi panci dengan air dan memasakannya. Ia sudah melakukan ini berpuluh-puluh kali di dapur rumahnya dan ini pertama kalinya ia melakukannya di dapur restoran. Langkah-langkah yang dilakukan Farel untuk membuat spageti bolognese sudah terpatri di ingatannya.
Saat mencicipi masakan Dinda, Maya menatap Dinda dengan senang.
"Kau sudah melakukannya, kau bisa meniru persis masakan buatan Farel rasanya sangat enak."
" Terima kasih" kata Dinda senang.
"Kau sanggup membuat tiga puluh lagi?" tantang Maya. dan Dinda mengangguk. Tak berapa lama kemudian, para tamu berdatangan. Dinda sudah siap dengan spagetinya dan tinggal membagi-baginga ke dalam tiga puluh piring serta menambah bumbunya.
Farel baru sampai di restoran pukul 19.30 para tamu sudah selesai menyantap makanannya. Dia langsung menuju dapur untuk meminta penjelasan. "Siapa yang memasak spageti bolignese di depan?" teriaknya tanpa basa basi memandang para kokinya.
Ketiga koki yang di tatap menundukkan wajah untuk menghindari amarah farel "Saya yang memasaknya" kata Dinda dari belakang para koki. Farel berbalik tidak percaya.
"Kau? kau berani memasak masakan buatanku?" Dinda berusaha memberi penjelasan "Maaf, tapi kalau saya tidak memasaknya, pesta ulang tahun di depan bisa batal."
Farel merasa kesal. "Biarkan saja batal, tidak ada yang boleh memasak spageti bolognese selain aku, itu menu special chef."
Dinda terdiam ia tidak menyangka Farel akan semarah ini.
"Kau, tunjuk Farel pada Dinda "Jangan pulang dulu nanti malam," Dinda mengangguk perlahan. Sepanjang malam itu hati dinda gelisah. Ia takut Farel akan memecatnya. Saat tengah malam tiba dan restoran ditutup, Farel melangkah ke ruang makan dan meminta Dinda mengikutinya mereka tiba didepan restoran.
"Apakah kau bisa membaca nama restoran yang tertera di atas?" pinta Farel keras.
Dinda menjawab dengan gugup, ".....Farel."
Farel mengangguk. "Benar apakah namamu ada disana?" Dinda menggeleng. "Aku tidak suka masakanku di masak oleh orang lain"
" Apakah kau pernah memasak menu banyak selain di sini? " teriak Farel dengan nada lantang membuat Dinda sedikit terkejut, "Saat bazar sekolah dulu." Dinda menjawab ragu-ragu
Farel tersenyum sinis. "Bazar sekolah? kau samakan restoranku dengan bazar sekolah?"
" Tidak, bukan seperti itu," Dinda berusaha memberi penjelasan. "Saya benar-benar minta maaf saya tidak akan melakukannya lagi. Farel memandang Dinda dengan kejam. "Tentu saja kau tidak akan melakukannya lagi, bereskan barang-barang mu aku tidak mau melihat mu lagi."
Dinda terpaku sesaat mendengar perkataan bosnya. kakinya gemetar, tangannya lemas bayangan terburuk dipikirannya sudah menjadi kenyataan ia kehilangan pekerjaan.
Maya yang dari tadi melihat mereka tanpa memberi komentar, tiba-tiba berkata pada Farel.
"Ini bukan salah Dinda, aku yang menyuruhnya membuat spageti itu tolong maafkan Dinda"
Farel memandang maya dengan dingin. "Dan bagaimana kau tahu Dinda bisa memasaknya ?" Maya terdiam ia tidak bisa menjelaskan bahwa Dinda yang pertama-tama mengajukan diri.
"Jangan marahi mbak Maya," kata Dinda perlahan. "Saya yang mengajukan diri untuk memasaknya."
Farel menatap Dinda lagi." jadi keputusanku memecatmu sudah tepat. "Dinda terdiam ia melihat mata Maya yang berkaca-kaca menahan tangis lalu ia melihat pintu depan restoran yang sudah ia lalui ratusan kali, hatinya tidak mau meninggalkan semua itu. Saat Farel hendak melangkah masuk, tiba-tiba Dinda berbicara lagi.
"Tunggu," ucapnya sambil mengumpulkan keberaniannya "Beri saya waktu satu minggu." Farel berbalik merasa bingung "Apa? satu minggu?"
Jantung Dinda berdetak kencang, ia tidak tahu sampai kapan keberaniannya bisa bertahan jadi sebaiknya ia memanfaatkan momen ini untuk berterus terang pada Farel.
"Kalau dalam satu minggu saya tidak bisa memasak makanan yang sesuai dengan selera anda, anda bisa memecat saya. Tapi kalau dalam satu minggu itu saya dapat melakukannya, saya ingin anda menarik kembali pemecatan diri saya...dan ..saya ingin menjadi salah satu staf di dapur anda."
Farel memandang gadis di depannya dengan sedikit kaget dia tidak menyangka ada orang yang berani menantangnya. (menarik juga) pikirnya.
"Baiklah" kata nya sambil tersenyum singkat
"Satu minggu aku memberimu waktu satu minggu saja tidak lebih dan jika kau kalah Dinda aku akan kau akan melihatmu keluar dari pintu ini seminggu lagi"
mata Dinda menantanya. "Tidak kalau saya yang menang."
"Kita lihat saja nanti," balas Farel.
Hari pertama
Dinda memasak lasagna Farel memandang sebelah mata mencicipinya sekilas lalu membuang masakan buatan Dinda ketempat sampah tepat di depan mata Dinda.
Hari kedua Dinda membuat fettucini Farel hanya mencium bau nasibnya akan berakhir sama seperti masakan Dinda di hari sebelumnya.
Hari ketiga Dinda membuat ravioli keju Farel mengambil salah satu ravioli buatan Dinda tanpa minta dan mengunyahnya. Dia menghabiskan satu ravioli tanpa memuntahkannya harapan Dinda sedikit naik saat itu lalu kandas saat Farel menyuruh salah satu kokinya membuang ravioli buatanya ke tempat sampah.
""Maaf ," kata Farel tersenyum mencibir "Aku bahkan tidak bisa membuang sendiri makananmu karena perutku terasa mual setelah mencoba ravioli buatanmu."
Dinda mulai berpikir bahwa apa pun makanan yang dimasaknya tidak akan di terima oleh Farel tapi masih ada waktu empat hari lagi ia ingin membuktikan bahwa ia masih bisa melakukanya.