Setelah ku berikan selamat dan ku jabat tangan ke duanya, aku pun segera turun, lalu kuambil tas yang kuletakkan di kursiku dan kubawa pergi, dengan langkah cepat ku tinggalkan tempat itu, beberapa orang disana melihatku aneh tapi aku tetap berlalu tanpa menoleh.
Seberapa kuat aku menahan tetap saja rasa sakit itu ada, sekuat apapun aku membohongi diriku sendiri untuk tidak peduli, nyatanya luka itu terasa.
Ku lajukan mobil dengan kecepatan maksimal, mobil yang biasa mengikutiku juga masih setia Samapi saat ini, mereka adalah orang suruhan Abim. Kemarahanku merajai jalanan Jakarta, hingga lampu merah menyelamatkan aku dari mereka yang terus membuntuti ku.
Nasib baik tak berpihak padaku, setelah begitu jauh aku mengemudikan mobil, tepat di tengah jalan yang terlihat lengang mobilku berhenti, sepi dan sunyi.
"Kenapa lagi nih mobil?" gerutuku, turun dari mobil.