Dinda harus makan sebelum restoran dibuka yaitu sebelum jam makan siang, sedangkan makan malamnya bergeser menjadi makan sore.
Awalnya semua itu membuatnya merana, apalagi sebagai pelayan tahun pertama.
Dinda harus bekerja setiap hari ia hanya tidur selama lima sampai enam jam setiap hari. Tetapi, lama kelamaan ia menjadi terbiasa waktu luangnya sebelum ia pergi ke restoran ia memanfaatkan untuk memasak makanan italia dirumah. Dinda sering sekali memperhatikan Farel memasak di dapur lalu mempraktikannya di rumah. Terkadang para koki lain membantu Dinda dengan memberikan tips-tips memasak makanan italia di sela-sela istirahat mereka.
Selama hampir empat bulan bekerja disana, Dinda banyak belajar tentang seni memasak makanan italia. Setelah cukup menabung nantinya, Dinda memutuskan untuk belajar menjadi seorang chef pasta. Ada beratus-ratus masakan pasta yang dapat dicobanya ia bahkan bisa mencoba variasi baru dan menciptakan masakan baru ditempat tidur, Dinda tersenyum puas memikirkan hal itu.
Pagi harinya Dinda bertemu mama diruang makan.
"pagi ma," sapanya mama mencium putrinya. "pagi sayang"
Dinda mengambil nasi dan sayur yang sudah dimasak mama
"Sayur asem buatan mama memang yang paling hebat ." kata Dinda sambil mencicipinya lagi.
mama tertawa "Terima kasih sayang, lebih hebat dari masakan restoranmu".
Dinda tersenyum simpul. "Ya, tentu saja".
"Mama tidak percaya ," kata mama sambil bercanda "benar kok," kata Dinda .
"Habisnya mana ada sayur asem di restoran italia?" Mama tertawa lebar terdapat perbedaan yang sangat besar antara pelanggan dan pelayan. seorang pelanggan melihat menu dan memesan makanan, sedangkan seorang pelayan harus menghafal menu dan mencatat pesanan. Setiap pelanggan pun punya sifat tersendiri kalau dapat mendapat yang sebaliknya, sang pelayan harus bisa menahan emosinya.
Hari ini bukan hari keberuntungan Dinda harinya dimulai dengan seorang pelanggan yang sangat cerewet. Butuh waktu sekitar sepuluh menit sampai si pelanggan selesai memesan kemudian saat Dinda membawakan pesanannya, si pelanggan merasa tidak puas dan berteriak pada Dinda.
"Aku sudah bilang tidak mau pedas, kenapa kau memberiku spageti yang pedas?".
Dinda hanya terdiam "Maaf, saya akan mengganti yang baru " Ia tidak bisa balas memarahi karena walau bagaimana pun pelanggan adalah raja.
Dinda masuk ke dapur untuk meminta dibuatkan spageti baru pada Farel, bosnya melotot kesal.
"Apa ? buat baru? kenapa kau tidak bisa mencatat pesanan dengan benar?"
"Saya sudah mencatat dengan benar ," ucap Dinda berusaha memberi penjelasan, kakinya melangkah ke meja pesanannya dan memperlihatkan tulisan pesanannya pada Farel dipesanan itu tertulis tidak pedas.
"Bagaimana mungkin aku bisa melihat tulisan sekecil ini ?" teriak bosnya lagi pada Dinda.
Saya mohon signor (tuan) Farel tolong dibuatkan spageti baru yang tidak pedas, "Dan lain kali, aku akan menulis dengan huruf kapital yang besar kalau ada pesanan khusus dari pelanggan"
"Ini peringatan pertama untukmu, Dinda ," kata Farel kesal.
Dinda tidak bisa melawan karena bagaimanapun bos selalu benar. Dia juga menyadari sesuatu hari itu seorang pelanggan rewel dan bos temperamental merupakan kombinasi yang mematikn .
" Sabar ya kata seseorang " menyentuh pundaknya.
Dinda berpaling dan melihat maya tersenyum keibuan Maya satu-satunya orang yang bisa membuat Dinda tenang kembali, Dinda tersenyum sambil mengangguk tapi kemarahan Dinda pada Farel berakhir ketika bosnya itu menyajikan masakan baru dinampan nya. Spageti buatan Farel selalu membuatnya terpesona.
Hal ini menumbuhkan semangat baru di hati Dinda.
"Maaf, sudah menunggu lama," kata Dinda pada pelanggan yang tadi mengomel. "Ini spageti barunya." Dinda menyuguhkan spageti itu dengan hati-hati ."Saya harap anda menikmatinya."
Si pelanggan mencicipi terlebih dahulu
"Apakah spagetina suda sesuai dengan selera anda?" Tanya Dinda memastikan.
Si pelanggan mengangguk. "Ya terima kasih".
"Selamat menikmati ," kata Dinda sambil tersenyum. "Kalau masih ada yang belum puas, anda bisa memanggil saya lagi." Selama menjadi pelayan, Dinda belajar menahan emosi dan bersikap ramah dalam segala situasi terkadang itu bukan perkara mudah. Tapi untungnya Dinda mencoba berpikir positif pada kondisi terburuk sekalipun. Keesokan harinya , Dinda melihat orang yang sama yang dilayani nya kemarin di sebuah majalah masakan. Dinda cukup terkejut ternyata orang tersebut adalah kritikus makanan dimajalah tersebut orang itu menjelaskan ia menyantap makanan italia terenak yang pernah dirasakan nya. Ia tidak sabar untuk mencobanya lagi dan merekomendasikan spageti buatan Farel kepada para pencinta makanan lain. Diakhir dia berterima kasih kepada pelayan yang telah melayani nya dengan sabar.
Mata Dinda berkaca-kaca karena ia tahu si pelanggan telah berterima kasih padanya. Dan saat itu Dinda bangga dengan pekerjaannya. Ia tidak pernah bisa tahu siapa yang akan ia layani esok harinya. hujan deras menyelimuti jalan tepat pukul setengah lima sore Dinda keluar dari rumahnya untuk bekerja, sesampainya di restoran Farel, ia melepas jas hujan dan melipat payungnya dengan perlahan. Restoran masih sepi para pelayan lain biasanya baru datang pukul setengah enam.
Setengah jam sebelum restoran dibuka. Dinda memandang restoran yang kini sudah menjadi rumah kedua nya selama hampir dua tahun, ia tidak menyangka bisa berkerja selama itu, tadinya ia ingin melanjutkan kuliah tetapi ia merasa masih banyak yang bisa dipelajari direstoran Farel, jadi ia memutuskan menunda kuliah nya setahun lagi.
Dinda memulai pekerjaan nya dengan membersihkan meja-meja makan. Ia suka saat-saat seperti ini. Setelah selesai, ia beralih membersihkan meja dapur.
Tangannya menyentuh alat-alat dapur dengan perlahan. Entah kapan ia bisa berdiri disana dan menggunakan alat-alat tersebut. Tak berapa lama kemudian terdengar suara pintu depan terbuka.
Beberapa pelayan termasuk Maya masuk dengan tergesa-gesa. Mereka berusaha menghindar dari derasnya hujan "jangan lupa," Maya mengingatkan sebelum mereka semua memulai pekerjaan.
"Hari ini jam setengah tujuh ada Tiga puluh orang yang akan merayakan hari ulang tahun pelanggan tetap kita aku mau semuanya berjalan lancar"
"Siap mbak ," kata para pelayan termasuk Dinda ketika waktu menunjukkan pukul 18:00 dan Farel masih belum datang, Dinda melihat Maya merasa khawatir, Maya pun langsung menelpon Farel dan mendapat informasi bahwa bosnya itu terkena macet dan belum tahu kapan bisa tiba direstoran.
mendengar penjelasan bosnya, Maya mulai panik, ia mendapat telepon lima menit sebelumnya bahwa tamu mereka akan datang setengah jam lagi. Acara dibuka dengan tiup lilin dan potong kue, setelahnya dilanjutkan dengan menu spageti bolognise buatan Farel. Seharusnya jam segini Farel sudah menyiapkan spageti buatannya kalau ditunggu sampai tamunya datang pasti akan terlambat.
Maya menatap tiga koki lain yang berada di dapur. "Kalian bisa menggantikan farel memasak spageti?"
Ketiga koki berpandangan dan menggeleng, selama ini Farel tidak pernah mempercayakan memasak spageti special buatannya kepada para kokinya dan karena asistennya yang terakhir sudah dipecat minggu kemarin, Maya tidak punya jalan keluar.